Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Rusia melaporkan seorang wartawan asal China dilaporkan terluka akibat serangan drone Ukraina pada Jumat (27/6/2025). Pemerintah Rusia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberikan tanggapan resmi atas insiden tersebut.
Dilansir dari Reuters, Jumat (27/6/2025), Pelaksana Tugas Gubernur Kursk Alexander Khinshtein menyampaikan bahwa serangan terjadi di Desa Korenevo, Distrik Korenevsky. Korban adalah Lu Yuguang, jurnalis berusia 63 tahun dari media Phoenix TV, China yang tengah melakukan peliputan mandiri di wilayah perbatasan.
“Lu mengalami luka lecet di bagian kepala dan menolak untuk dirawat inap setelah mendapatkan pertolongan pertama,” kata Khinshtein melalui saluran Telegram.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia pun menyerukan kepada Komisaris Tinggi HAM PBB dan organisasi internasional lainnya untuk segera memberikan tanggapan. Juru bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova menyebut serangan itu sebagai upaya rezim Kyiv untuk membungkam dan menghancurkan media yang berusaha menyampaikan informasi objektif.
Phoenix TV telah melaporkan kejadian ini, namun belum mengeluarkan pernyataan resmi. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari Kemlu Ukraina maupun kantor Presiden Volodymyr Zelenskiy.
Mengutip media pemerintah Rusia, Lu telah meliput konflik sejak awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Dalam video yang diunggah kantor berita TASS, Lu menyatakan kondisinya baik, meski tampak perban melilit kepalanya.
Baca Juga
“Wartawan Barat sama sekali tidak terlihat di Kursk. Kami, jurnalis dari China, ingin menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi di wilayah ini,” ujar Lu dalam rekaman video tersebut.
Sejak awal perang, Rusia dan Ukraina terus melakukan serangan lintas perbatasan. Kursk sempat direbut pasukan Ukraina dalam serangan mendadak pada Agustus 2024 sebelum akhirnya direbut kembali oleh Rusia pada awal 2025.
Selain itu, serangan drone Ukraina juga menargetkan Distrik Kalachevsky di Wilayah Volgograd. Pemerintah daerah menyatakan lalu lintas di Sungai Don sempat ditutup sementara untuk membersihkan puing-puing serangan.
Gubernur Volgograd Andrei Bocharov memastikan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut dan menyatakan tim penjinak ranjau masih bekerja di lokasi. Belum dipastikan apakah jembatan di atas Sungai Don—salah satu sungai terpanjang di Eropa—mengalami kerusakan akibat serangan tersebut.