Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengancam Iran dengan mengatakan bahwa “sesuatu yang buruk” akan terjadi jika Teheran tidak segera menerima proposal terbaru terkait program nuklirnya.
Di sisi lain, pejabat tinggi Iran menyebut komunikasi dari AS “membingungkan dan kontradiktif.”
“Mereka sudah menerima proposal itu, dan yang lebih penting, mereka tahu harus segera mengambil keputusan atau akan ada konsekuensi buruk,” ujar Trump dalam perjalanan pulang dari kunjungan ke Timur Tengah, dikutip Reuters Sabtu (17/5/2025).
Ia tidak menguraikan isi dari proposal yang dibentuk melalui negosiasi yang dimediasi Oman dan dipimpin oleh utusan khusus Steve Witkoff, dengan sesi terakhir digelar pada Minggu.
Namun, dalam unggahan di X, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi membantah telah menerima dokumen resmi apa pun. Ia juga menyoroti ketidaksesuaian antara pernyataan publik dan komunikasi tertutup dari pihak-pihak terkait.
“Pesan-pesan yang kami—dan dunia—terima sejauh ini masih membingungkan dan saling bertentangan,” jelasnya.
Baca Juga
Isu pengayaan uranium kembali menjadi titik krusial. Iran bersikukuh mempertahankan sebagian kapasitas pengayaannya, sementara perwakilan AS masih memberikan sinyal yang tidak konsisten mengenai batasan yang dapat diterima.
Meskipun Iran menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan damai, dunia internasional tetap curiga akan potensi militerisasi teknologi tersebut. Di tengah tekanan AS, Iran tetap melanjutkan dialog dengan negara Eropa yang masih terikat pada kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan Trump saat masa jabatan pertamanya.
“Kami terbuka untuk pertemuan lanjutan demi menjaga jalur diplomatik,” ujar Wakil Menlu Kazem Gharibabadi, usai pertemuan di Istanbul dengan Inggris, Prancis, dan Jerman.
Dalam kunjungannya ke Timur Tengah, Trump menegaskan bahwa proposal AS tidak akan tersedia tanpa batas waktu, menambah tekanan terhadap Teheran sembari membuka peluang bagi kesepakatan baru.