Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut hangat kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8/2025), meski Putin berstatus buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan perang.
Dikutip Reuters pada Sabtu (16/8/2025), pertemuan di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska tersebut berlangsung akrab.
Keduanya tampak berjabat tangan dan saling menepuk lengan, menunjukkan kedekatan yang kontras dengan citra Putin di panggung internasional. Pemimpin Rusia itu datang atas undangan langsung Trump dan tampak tersenyum lebar saat tiba.
Putin menjadi target ICC karena dituduh mendeportasi ratusan anak dari Ukraina. Kremlin membantah tuduhan tersebut, menegaskan Rusia tidak menandatangani traktat pendirian ICC, sehingga menganggap surat perintah penangkapan itu tidak sah.
Trump telah lama menonjolkan hubungan baiknya dengan Putin. Meski sempat melontarkan ancaman akan memberi konsekuensi jika Rusia tidak menghentikan perang dengan Ukraina, hingga kini Trump belum merealisasikan ancaman tersebut.
Pertemuan kedua kepala negara menjadi yang pertama setelah pertemuan G20 pada 2019 di Jepang.
Baca Juga
PEMBICARAAN 'KONSTRUKTIF'
Setelah penyambutan tersebut, keduanya melakukan pertemuan bersama dengan para delegasi dari kedua negara.
Putin mengatakan bahwa pertemuan tersebut telah menciptakan pembicaraan konstruktif dengan Trump.
"Perundingan kami berlangsung dalam suasana konstruktif penuh rasa saling menghormati. Kami melakukan pembahasan yang sangat mendalam dan cukup bermanfaat. Saya ingin sekali lagi berterima kasih kepada rekan saya dari Amerika atas proposal untuk melakukan perjalanan ke sini, ke Alaska," katanya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan negaranya "benar-benar berkomitmen" untuk menghentikan konflik di Ukraina. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan dengan delegasi AS di Alaska, Kamis (15/8).
"Konflik di Ukraina menyangkut ancaman vital bagi keamanan nasional Rusia. Namun perlu dicatat, kami selalu memandang Ukraina sebagai bangsa serumpun," tegas Putin.
Meski mengaku ingin perdamaian, Putin menekankan bahwa penyelesaian konflik harus mencakup pembahasan akar masalah. Analis menilai pernyataan ini mengisyaratkan tuntutan Rusia atas jaminan keamanan dan status kawasan Donbas.
Pernyataan Putin ini disampaikan menjelang pertemuan tingkat menteri luar negeri Rusia-AS yang akan membahas kemungkinan gencatan senjata. Namun, pemerintah Ukraina belum memberikan tanggapan resmi atas klaim perdamaian dari Moskow tersebut.
APA KATA TRUMP?
Trump terdengar optimistis dengan mengatakan ada banyak poin yang mereka sepakati, tetapi mengakui sebagian besar belum menemukan titik temu.
"Tetapi kami sudah membuat kemajuan.. Pada akhirnya keputusan ada di tangan mereka," ujar Trump, yang tampaknya merujuk pada Zelenskyy.
Trump menyatakan akan menelepon pemimpin NATO dan Presiden Ukraina setelah pertemuan tersebut.