Bisnis.com, JAKARTA — Proses pemilihan Paus, pemimpin tertinggi dalam tradisi gereja Katolik Roma sekaligus Kepala Negara Vatikan akan dimulai pada Rabu (7/5/2025) sore. Seluruh mata dunia akan tertuju ke satu tempat, Kapel Sistina.
Kapel Sistina, sebuah bangunan yang dihiasi dengan lukisan dinding karya seniman Italia terkenal Michelangelo, telah mewarisi perjalanan panjang dalam tradisi pemilihan Paus di gereja Katolik. Kapel Sistina terbilang sukses menyimpan cerita di balik ingar-bingar prosesi pemilihan Paus.
Menurut laporan Vatikan News, Kapel Sistina telah menjadi tempat permanen untuk para kardinal berkumpul memilih pemimpin tertinggi sejak 1878. Namun, proses pemilihan Paus pertama yang pernah digelar di kapel itu berlangsung pada 1492.
Dari Kapel Sistina inilah, semua mata akan tertuju ke cerobong asap di bagian atas kapel.
Dari cerobong itu pula akan terkirim satu tanda yang paling ditunggu oleh umat Katolik dari berbagai penjuru dunia dalam prosesi pemilihan Paus atau konklaf.
Umat yang turut menunggu terpilihnya Paus baru, akan berkumpul di lapangan Santo Petrus Basilika. Namun, pandangan pertama para umat yang berkumpul di lapangan Santo Petrus itu, tak akan pernah lepas tertuju ke atap Kapel Sistina.
Baca Juga
Jika cerobong asap di Kapel Sistina mengeluarkan asap berwarna putih, artinya pemimpin baru gereja Katolik telah terpilih. Gegap gempita terasa di lapangan Santo Petrus.
Sebaliknya, jika proses pemilihan Paus belum mencapai kesepakatan, asap hitam yang akan muncul dari atap kapel tersebut.
Setelah cerobong di Kapel Sistina mengirim pesan ke seluruh penjuru dunia, hal yang ditunggu selanjutnya adalah pengumuman resmi tentang sosok Paus yang terpilih. Pengumuman mengenai nama Paus baru akan disampaikan oleh seorang Kardinal dari balkon Basilika Santo Petrus.
Kardinal itu akan menyampaikan secara resmi Paus terpilih dengan kalimat yang amat terkenal, “Annuntio vobis gaudium magnum; Habemus Papam.”
Kalimat yang menandai bahwa Paus baru telah hadir. Kardinal yang ditunjuk tersebut lantas akan menyebut nama Kardinal yang telah dipilih sebagai pemimpin baru gereja Katolik, berikut nama yang akan disandangnya selama mengemban tugas Kepausan.
Biasanya, Paus terpilih segera muncul di balkon Basilika untuk menyambut khalayak yang telah berkumpul di Lapangan Santo Petrus dalam waktu 1 jam sejak asap mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina.
Paus baru juga akan menyapa umat, sekadar melambaikan tangan, memberi berkat, hingga menyampikan pesan-pesan keumatan.
Pada saat asap putih membumbung dan pengumuman dari balkon Basilika itulah puncak dari seluruh prosesi konklaf yang demikian khidmat dan sunyi, berakhir.
Selanjutnya, para Kardinal yang turut dalam setiap detik demi detik pemilihan, akan memberikan penghormatan dan mengikrarkan kepatuhan kepada Paus baru terpilih.
Perkiraan Asap Putih Muncul
Menurut Direktur Kantor Pers Takhta Suci Vatikan Matteo Bruni, para Kardinal akan berkumpul mengikuti misa pro eligendo Pontifice pada Rabu (7/5/2025) pagi, sebelum konklaf dimulai. Pada pukul 15.45 waktu setempat, para Kardinal akan menuju Kapel Sistina dari Casa Santa Marta.
Saat berada di Kapel Sistina, para Kardinal elektor diambil sumpahnya. Dalam sumpah itu, mereka berkomitmen, jika terpilih menjadi Paus untuk dengan setia memenuhi Munus Petrinum sebagai Gembala Gereja Universal.
Mereka juga berjanji untuk menjaga kerahasiaan mutlak mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemilihan Paus dan menolak segala upaya campur tangan eksternal dalam pemilihan tersebut. Sumpah serupa juga diambil untuk seluruh perangkat yang terlibat langsung dalam proses konklaf.
Setelah pengucapan sumpah, para Kardinal tersebut akan kembali ke Santa Marta.
Selanjutnya, pada Kamis pukul 07.45 waktu setempat, para Kardinal akan berangkat dari Santa Marta menuju Kapel Sistina. Lalu, pada pukul 08.15, mereka akan merayakan misa. Setelah itu, pada pukul 09.15, digelar doa pagi di Kapel Sistina dan setelah itu proses pemberian suara dimulai.
Menurut Bruni, kemungkinan waktu munculnya asap bisa terjadi kira-kira pada Kamis setelah pukul 10.30 pagi jika muncul asap putih atau setelah pukul 12.00, yang ditandai dengan asap hitam apabila Paus baru belum terpilih.
Pada pukul 12.30 siang, para Kardinal kembali ke Santa Marta untuk makan siang.
Sore harinya, pukul 15.45, mereka akan kembali ke Istana Apostolik dan melanjutkan pemungutan suara di Kapel Sistina pada pukul 16.30. Untuk pemungutan suara sore hari, Bruni mencatat kemungkinan asap bisa muncul setelah pukul 17.30, jika ada asap putih. Dan, jika belum ada keputusan Paus terpilih, asap hitam akan muncul sekitar pukul 19.00.
Terdapat 133 kardinal elektor yang memiliki hak memilih dan dipilih dalam proses konklaf yang dimulai hari ini. Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo termasuk satu dari 133 kardinal elektor tersebut.
Adapun Kardinal yang telah berusia 80 tahun saat proses konklaf dimulai, tidak masuk dalam kategori elektor. Tapi, mereka tetap diperkenankan menghadiri kongregasi umum sebelum pemilihan Paus digelar.
Dari sisi komposisi, Vatikan News menulis bahwa sebanyak 53 Kardinal berasal dari Benua Eropa. Lalu, sebanyak 37 Kardinal dari Amerika, 23 dari Asia, 18 dari Afrika, dan 4 dari Oseania.
“Meskipun representasi regional tidak akan menentukan hasil pemilihan Paus baru, yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penting lainnya, aspek geografis tidak dapat diabaikan mengingat dampak global dari peran Paus,” tulis laporan itu dikutip Selasa (6/5/2025).
Jumlah yang dibutuhkan untuk memastikan seorang Paus terpilih dalam konklaf kali ini sekitar 89 suara dari 133 Kardinal elektor.
Adapun dari sisi usia, Kardinal termuda adalah Mikola Bychok kelahiran Ukraina-Australia. Kardinal Mikola baru berusia 45 tahun, sementara itu Kardinal tertua adalah Carlos Osoro Sierra asal Spanyol yang berusia 79 tahun.
Ada enam Kardinal yang lahir pada medio 1970-an, seperti Kardinal Baldassarre Reina dari Italia, Vikaris Keuskupan Roma yang akan berusia 55 tahun pada November mendatang; Frank Leo dari Kanada (kelahiran 1971); Kardinal Rolandas Makrickas dari Lithuania, Imam Agung Koajutor Basilika Santa Maria Maggiore (1972); George Jacob Koovakad dari India, Prefek Departemen Dialog Antaragama (1973); Americo Manuel Alves Aguiar dari Portugal (1973), dan Giorgio Marengo kelahiran Italia (1974), Prefek Apostolik Ulaanbaatar di Mongolia, yang akan menjadi wakil pertama kalinya dalam prosesi konklaf.
Kelompok usia lain yakni mencakup 50 Kardinal yang lahir pada era 1940-an, kemudian sebanyak 47 Kardinal lahir di era 1950-an, dan 31 orang Kardinal lahir pada era 1960-an. Kelompok tahun kelahiran yang paling banyak diwakili adalah 1947 dengan 13 Kardinal berusia mendekati 78 tahun.
Dalam perjalanan sejarah, durasi konklaf sangat beragam. Paus Gregorius X terpilih setelah proses selama 2 tahun dan 2 bulan. Di sisi lain, ada pemilihan Paus pada 1503 hanya berlangsung beberapa jam dan berujung pada terpilihnya Paus Julius II.
Durasi konklaf mendiang Paus Fransiskus relatif singkat. Dia terpilih pada 13 Maret 2013 setelah melalui lima putaran dalam waktu kurang dari 2 hari. Berapa lama durasi untuk Paus baru kali ini, mari kita tilik hasilnya dari cerobong asap di Kapel Sistina.