Dengan dasar itu, Sato menyatakan pemerintah Jepang meminta pencabutan larangan impor berdasarkan bukti saintifik. Keinginan pencabutan larangan impor itu sejalan dengan pernyataan yang pernah disampaikan Shinzo Abe.
Permintaan pemerintah Jepang itu bukannya tanpa alasan dan upaya. Pemerintah Jepang tampak terus berupaya memastikan bahwa makanan atau minuman yang diproduksi di daerah Fukushima itu aman.
Salah satu caranya adalah menguji keamanan produk pertanian, kehutanan dan perikanan dari Fukushima di Fukushima Agricultural Technology Centre.
Di tempat itu, sejumlah jurnalis Asia termasuk dari Bisnis diajak untuk menyaksikan secara langsung pengujian kualitas makanan yang diproduksi di Fukushima di laboratorium yang canggih dan steril.
Pemerintah Jepang menunjukkan keseriusan dalam menjaga kualitas makanan setelah peristiwa gempa bumi yang mengakibatkan kecelakaan nuklir pada 2011. Dalam kunjungan para jurnalis Asia ke Jepang, pemerintah Jepang juga mengajak para jurnalis mengunjungi sejumlah tempat yang berkaitan dengan makanan.
Pertama, lokasi pemetikan stroberi di Fukushima tempat stroberi yang diproduksi itu berbuah dalam jumlah banyak, segar dan besar. Kedua, makan siang di sebuah rumah makan yang menyediakan makanan ikan di Restoran Shogatsu-Sou.
Ditemui di tempat lain di Tokyo, Fumio Yamazaki, Counselor, Press and Public Relations/International Affairs di Badan Rekonstruksi (Reconstruction Agency) Jepang, menyatakan bahwa terdapat perbedaan penanganan terhadap peristiwa kecelakaan nuklir di Fukushima dan Chernobyl.
Setelah meledaknya reaktor nuklir Chernobyl di Uni Soviet, menurut Yamazaki, sapi atau makanan lain tidak dilarang untuk beredar. Dengan demikian, manusia terkena dampak radiasi yang akhirnya mengakibatkan kanker, setelah mengonsumsi makanan itu.
Sementara itu, Pemerintah Jepang mengambil sikap yang berbeda dibandingkan dengan apa yang telah terjadi di Chernobyl. Pemerintah Jepang melarang peredaran sapi dan makanan segera setelah peristiwa gempa bumi yang mengakibatkan kecelakaan nuklir itu terjadi.
“Kami mendesak petani untuk membuang dan membakar apa yang telah mereka produksi. Kami juga membunuh sapi,” kata Yamazaki yang mengatakan pemerintah mengambil langkah tersebut supaya dampak kecelakaan nuklir tidak masuk ke tubuh manusia.