Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Mediasi Gencatan Senjata Thailand-Kamboja, Desak Perdamaian Usai Tiga Hari Konflik Memanas

Trump mengklaim telah berhasil menjembatani mediasi gencatan senjata Thailand-Kamboja usai konflik tiga hari
Asap mengepul dari sebuah bangunan, di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja, di distrik Kantharalak, provinsi Sisaket, Thailand, 24 Juli 2025./Reuters/TBPS
Asap mengepul dari sebuah bangunan, di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja, di distrik Kantharalak, provinsi Sisaket, Thailand, 24 Juli 2025./Reuters/TBPS
Ringkasan Berita
  • Presiden AS Donald Trump mengklaim telah berhasil memediasi kesepakatan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja setelah konflik perbatasan yang berlangsung selama tiga hari.
  • Trump mengancam tidak akan menyepakati perjanjian dagang dengan kedua negara jika konflik terus berlanjut, dan mendorong dialog bilateral untuk penyelesaian damai.
  • Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 30 orang tewas dan 130.000 orang mengungsi, dengan PBB dan ASEAN turut mendesak penyelesaian melalui dialog.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa para pemimpin Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk segera bertemu guna merundingkan gencatan senjata setelah bentrokan mematikan di sepanjang perbatasan kedua negara Asia Tenggara itu berlangsung tiga hari terakhir.

Dikutip dari Reuters, dalam serangkaian unggahan media sosial dari Skotlandia pada Sabtu (26/7/2025), Trump menyatakan dirinya telah berbicara langsung dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai.

Dia mengklaim berhasil mendorong keduanya untuk segera mengakhiri konflik dan mencari solusi damai.

“Kedua pihak ingin segera melakukan gencatan senjata dan menciptakan perdamaian,” tulis Trump.

Dia juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan menyepakati perjanjian dagang dengan salah satu negara jika konflik terus berlanjut.

Phumtham membalas melalui unggahan Facebook, mengucapkan terima kasih atas peran mediasi Trump. 

Dia menyatakan Thailand menyetujui secara prinsip adanya gencatan senjata, tetapi berharap adanya niat tulus dari pihak Kamboja.

Dia juga meminta agar Trump menyampaikan kepada Hun Manet keinginan Thailand untuk segera mengadakan dialog bilateral sebagai langkah awal menuju penyelesaian damai.

Konflik di perbatasan ini merupakan yang terburuk dalam 13 tahun terakhir, dengan lebih dari 30 orang tewas dan lebih dari 130.000 orang mengungsi.

Bentrokan terus berlangsung hingga Sabtu (26/7/2025) pagi di Provinsi Trat, Thailand, dan Pursat, Kamboja, lokasi baru yang terletak lebih dari 100 kilometer dari titik konflik sebelumnya.

PBB melalui Juru Bicara Wakil Sekretaris Jenderal, Farhan Haq, menyatakan keprihatinan mendalam mewakili Sekjen Antonio Guterres yang juga mengutuk hilangnya nyawa yang tragis dan tidak perlu.

“Sekjen mendesak kedua pihak untuk segera menyepakati gencatan senjata dan menyelesaikan sengketa melalui dialog,” ujarnya.

Di tengah krisis diplomatik yang mengancam stabilitas pemerintahan koalisi Thailand, kedua negara saling menyalahkan atas pecahnya konflik dan mengklaim bertindak sebagai bentuk pertahanan diri. Thailand menuduh Kamboja menanam ranjau baru di wilayahnya, yang dibantah keras oleh Phnom Penh. 

Menurut data terakhir, Thailand mencatat tujuh prajurit dan 13 warga sipil tewas, sementara Kamboja melaporkan lima tentara dan delapan warga sipil gugur. 

Trump menyebut kedua negara ingin kembali ke Meja Perdagangan dan menyatakan optimismenya bahwa perdamaian akan membuka jalan untuk kesepakatan dagang baru.

“Ketika semua telah selesai dan perdamaian tercapai, saya menantikan untuk menyelesaikan perjanjian dagang dengan keduanya!” ujarnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim selaku Ketua Asean menyatakan akan terus mendorong proposal gencatan senjata. Kamboja telah menyatakan dukungan atas inisiatif Anwar, sedangkan Thailand menyambutnya secara prinsip.

Hingga berita ini diturunkan, Gedung Putih belum memperinci waktu dan lokasi pertemuan perdamaian yang disebut telah disepakati. Kedutaan Thailand dan Kamboja di Washington juga belum memberikan tanggapan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro