Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Iran sedang dalam pembahasan untuk menutup Selat Hormuz setelah Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Esfahan pada Sabtu (21/6/2025).
Penutupan ini telah dibahas oleh Parlemen Republik Islam Iran pada Minggu, di mana mereka telah menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh kegiatan pelayaran.
"Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup," kata Mayor Jenderal Esmaeli Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional di Parlemen Iran, sebagaimana disiarkan televisi Iran Press TV.
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur laut yang paling penting bagi lalu lintas pasokan minyak dunia.
"Keputusan akhir mengenai hal tersebut akan ditetapkan oleh Dewan Keamanan Tertinggi Nasional," kata dia, merujuk pada otoritas keamanan tertinggi di Iran.
Adapun AS baru-baru ini telah menyerang tiga situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Sabtu (21/6/2025) malam.
Baca Juga
Trump kemudian mengatakan bahwa Iran sudah terkenal sebagai negara yang merusak. Penyerangan yang dilakukan AS pun dilakukan untuk menghentikan Iran.
"Tujuan kami adalah penghancuran kapasitas pengayaan nuklir Iran dan menghentikan ancaman nuklir yang ditimbulkan leh sponsor teror utama di dunia,"
Pihaknya mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan serangan yang sangat sukses, di mana fasilitas nuklir utama Iran telah hancur lebur.
Lebih lanjut, presiden AS itu juga meminta agar setelah ini Iran dan Israel dapat berdamai dengan menghentikan perang yang terjadi.
“Tetapi sekarang saatnya berdamai. Jika mereka tidak melakukannya, serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah,”
AS pun mengancam akan memberikan serangan yang lebih besar apabila Iran tidak meu mengambil kesepakatan yang ada.
“Tetapi jika perdamaian tidak segera datang, kami akan mengejar target lainnya dengan kecepatan dan keterampilan presisi. Sebagian besar dari mereka dapat disingkirkan dalam hitungan menit,” pungkasnya.