Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad mendapat suaka dari Rusia usai pemberontak merebut ibukota Damaskus tanpa perlawanan pada Minggu (8/12/2024), yang mengakhiri rezimnya selama 50 tahun.
Sumber Kremlin menyebut bahwa dia bersama keluarganya telah tiba di Rusia pada Senin (9/12/2024).
Melansir Reuters, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan sebelumnya bahwa Assad telah meninggalkan Suriah dan memberikan perintah untuk pengalihan kekuasaan secara damai.
“Presiden Suriah Assad dan anggota keluarganya telah tiba di Moskow. Rusia telah memberikan mereka suaka atas dasar kemanusiaan,” kantor berita Interfax dan media pemerintah mengutip sumber Kremlin yang tidak disebutkan namanya.
Jatuhnya pemerintahan Assad melenyapkan benteng pertahanan yang menjadi tempat Iran dan Rusia menggunakan pengaruhnya di seluruh dunia Arab.
Penggulingannya yang tiba-tiba di tangan pemberontakan yang sebagian didukung oleh Turki dan berakar pada jihadis Islam Sunni membatasi kemampuan Iran untuk menyebarkan senjata ke sekutu-sekutunya dan dapat membuat Rusia kehilangan pangkalan angkatan lautnya di Mediterania.
Baca Juga
Hal ini dapat membuka jalan bagi jutaan pengungsi yang tersebar selama lebih dari satu dekade di kamp-kamp di Turki, Lebanon, dan Yordania untuk akhirnya kembali ke rumah.
Bagi warga Suriah, hal ini membawa akhir yang tak terduga dari perang yang telah berlangsung bertahun-tahun yang telah memakan korban ratusan ribu orang, hancurnya kota-kota, dan ekonomi yang lumpuh akibat sanksi global.
Di tengah kerumunan massa di Masjid Umayyah di pusat kota Damaskus, komandan tertinggi pemberontak Abu Mohammed al-Golani mengatakan telah banyak orang menjadi korban akibat perang saudara yang telah berlangsung 13 tahun ini, baik korban tewas secara langsung maupun para pengungsi yang gugur saat lari ke Eropa.’
“Sejarah baru, saudara-saudaraku, sedang ditulis di seluruh wilayah ini setelah kemenangan besar ini,” katanya.
Rezim Assad di Suriah
Assad menjadi presiden sejak 2000 ketika ayahnya, Hafez, meninggal. Dia pun melanjutkan pemerintahan keluarganya yang terkenal "bertangan besi" serta didominasi oleh Sekte Alawi. Sekte tersebut terkenal merupakan cabang dari ajaran aliran Syiah, meski berada di kawasan yang didominasi oleh Islam Sunni.
Tidak hanya itu, Suriah memiliki status sekutu Iran yang merupakan musuh dari Amerika Serikat (AS) dan Israel.
Pemerintahan Assad pun terbentuk oleh tahun-tahun awal perang Irak dan krisis di Lebanon. Di Suriah, pemerintahan Assad terbentuk oleh perang saudara di mana pemberontak dihadapkan dengan kekuatan militer yang mematikan.
Pada 2018, Presiden AS Donald Trump pernah melabelinya sebagai "binatang" karena tuduhan atas penggunaan senjata kimia. Tuduhan itu dibantah Assad.
Meski kecaman demi kecaman, Assad berhasil bertahan di kekuasaan lebih lama dari pemimpin-pemimpin negara lainnya. Padahal, banyak yang percaya nasibnya tak akan bertahan lama.
Cara Assad untuk bertahan ditengarai atas bantuan serangan udara Rusia dan kelompok milisi yang didukung Iran.
Dari sisi ekonomi, Suriah di bawah pemerintahannya banyak dibelenggu oleh sanksi dari dunia internasional.
Pasukan militer Suriah pun cukup cepat mundur usai menghadapi serangan pemberontak. Setelah serangan pemberontak berhasil mengambil Kota Aleppo pekan lalu, Assad disebut sama sekali belum memberikan pernyataan ke publik.
Namun, dia dikabarkan telah menghubungi Presiden Iran dan menuding konspirasi bahwa pemberontakan terjadi karena didukung oleh negara lain.
Pada 2014, Assad pernah menyatakan dengan percaya diri bahwa dia akan berhasil memukul mundur pemberontak.
"Kami akan menyerang mereka dengan tangan besi dan Suriah akan kembali ke keadaan semula," ujarnya kepada para prajurit militer setelah berhasil merebut kembali Kota Maaloula di 2014.
Bertahun-tahun setelahnya, banyak wilayah Suriah yang tetap di luar kendali. Kota-kota rata dengan tanah dan angka kematian menembus 350.000 jiwa. Sementara itu, lebih dari seperempat populasi pergi ke luar negeri.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kelompok pemberontak di Suriah telah menyerbu dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad di Aleppo.
Berdasarkan unggahan video pada akun X @Osint63 yang diakses pada Senin (2/12/2024), terlihat sejumlah anggota pasukan pemberontak yang berkeliaran di lorong-lorong istana. Beberapa dari mereka juga terlihat membawa senjata.
Video tersebut juga memperlihatkan beberapa ruangan yang ada di dalam istana tersebut, mulai dari ruang tamu, beberapa kamar tidur, hingga kamar mandi. Dalam video tersebut, para pasukan tersebut juga terdengar mengobrol.
"Ini adalah istana Assad di Aleppo, Istananya di Damaskus belum ditembus," demikian kutipan caption pada unggahan video tersebut.