Bisnis.com, JAKARTA - Pemberontak Suriah yang menentang Presiden Bashar al-Assad mengatakan mereka telah mencapai jantung kota Aleppo di utara, setelah melakukan serangan mendadak pada Jumat (29/11/2024) waktu setempat melalui kota-kota yang dikuasai pemerintah dan hampir satu dekade setelah dipaksa keluar dari kota tersebut.
Mengutip Reuters pada Sabtu (30/11/2024), para pejuang oposisi, yang dipimpin oleh kelompok militan Islam Hayat Tahrir al-Sham, melancarkan serangan pada hari Rabu ke belasan kota dan desa di provinsi utara Aleppo, yang dikuasai oleh pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh Iran dan Rusia.
Mereka membuat kemajuan cepat dan pada Jumat malam, ruang operasi yang mewakili serangan tersebut mengatakan pemberontak telah menyapu berbagai lingkungan kota.
Assad dan sekutunya Rusia, Iran, dan milisi Syiah regional telah merebut kembali seluruh kota Aleppo pada akhir tahun 2016, dengan pemberontak setuju untuk mundur setelah berbulan-bulan pemboman dan pengepungan dalam pertempuran yang membalikkan keadaan melawan oposisi.
Komandan pemberontak di brigade Jaish al-Izza, Mustafa Abdul Jaber, mengatakan kemajuan cepat itu disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja yang didukung Iran di provinsi yang lebih luas. Sekutu Iran di wilayah tersebut telah menderita serangkaian pukulan di tangan Israel saat perang Gaza meluas ke Timur Tengah.
Sumber oposisi yang berhubungan dengan intelijen Turki mengatakan Turki telah memberikan lampu hijau untuk serangan itu. Namun, juru bicara kementerian luar negeri Turki Oncu Keceli mengatakan Turki berusaha menghindari ketidakstabilan yang lebih besar di wilayah tersebut dan telah memperingatkan bahwa serangan baru-baru ini merusak perjanjian de-eskalasi.
Baca Juga
Serangan itu merupakan yang terbesar sejak Maret 2020, saat Rusia dan Turki menyetujui kesepakatan untuk meredakan konflik.
Warga Sipil Jadi Korban
Televisi pemerintah Suriah membantah pemberontak telah mencapai kota itu dan mengatakan Rusia memberikan dukungan udara kepada militer Suriah.
Militer Suriah mengatakan terus menghadapi serangan itu, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu telah menimbulkan kerugian besar pada pemberontak di pedesaan Aleppo dan Idlib.
David Carden, Wakil Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, mengatakan: "Kami sangat khawatir dengan situasi yang terjadi di Suriah barat laut."
"Serangan gencar selama tiga hari terakhir telah merenggut nyawa sedikitnya 27 warga sipil, termasuk anak-anak berusia delapan tahun," katanya kepada.
"Warga sipil dan infrastruktur sipil bukanlah target dan harus dilindungi berdasarkan Hukum Humaniter Internasional."
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, mengatakan empat warga sipil termasuk dua mahasiswa tewas pada hari Jumat di Aleppo akibat penembakan pemberontak terhadap asrama mahasiswa.Tidak jelas apakah mereka termasuk di antara 27 korban tewas yang dilaporkan oleh pejabat PBB.
Pesawat tempur Rusia dan Suriah mengebom daerah dekat perbatasan dengan Turki pada Kamis untuk mencoba memukul mundur serangan pemberontak yang telah merebut wilayah tersebut untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, kata sumber-sumber dari tentara Suriah dan pemberontak.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow menganggap serangan pemberontak tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan Suriah dan menginginkan pihak berwenang bertindak cepat untuk mendapatkan kembali kendali.
"Mengenai situasi di sekitar Aleppo, itu adalah serangan terhadap kedaulatan Suriah dan kami mendukung pihak berwenang Suriah untuk menertibkan daerah tersebut dan memulihkan ketertiban konstitusional sesegera mungkin," kata Peskov.
Adapun, Peskov juga tidak berkomentar ketika ditanya tentang laporan Telegram Rusia yang belum dikonfirmasi bahwa Assad telah terbang ke Moskow untuk berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.