Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah narasumber mengabarkan bahwa platform ride hailing asal Amerika Serikat, Uber dan Lyft, akan melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham mereka pada April tahun ini.
Lyft menargetkan untuk mengumpulkan dana US$2 miliar mengincar value perusahaan meningkat menjadi lebih dari US$20 miliar dari posisi terakhir sebesar US$15,1 miliar pada Oktober 2018.
Sementara itu, Uber mengincar peningkatan value perusahaan setinggi US$120 miliar pada IPO, meskipun beberapa analis memperkirakan nilainya hanya US$100 miliar jika dilihat dari komponen tertentu pada laporan keuangan mereka.
Hingga saat ini, baik Uber maupun Lyft belum mendapatkan keuntungan. Sumber yang sama juga menyampaikan Lyft akan menemui para investor di seluruh Amerika Serikat dengan melaksanakan roadshow sebelum menentukan harga IPO dan mendaftar di Nasdaq pada akhir bulan ini.
Perusahaan ini akan mencari pendekatan operasional layanan pemesanan kendaraan (ride-hailing) yang berbeda dengan rivalnya, Uber, memiliki layanan terdiversifikasi seperti pengiriman makanan hingga pengangkutan barang di seluruh dunia.
IPO Lyft akan memberikan peningkatan pendanaan karena hingga saat ini mereka masih mensubsidi layanan dengan promosi untuk menarik penumpang.
"Kucuran dana dari IPO juga akan membantu membiayai investasi di bidang-bidang seperti mobil tanpa sopir [autonomous driving]," kata sumber itu pada Minggu (17/3/2019). Lyft menolak untuk berkomentar.
Setelah awal tahun yang cukup tenang, perusahaan teknologi mulai mengantre untuk menjadi perusahaan publik menyusul rekor pasar ekuitas publik yang saat ini berada di dekat level tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, pasar tetap rentan terhadap kekhawatiran geopolitik, termasuk ketegangan terkait perjanjian perdagangan serta perlambatan ekonomi di Eropa dan China.
Unicorn asal Silicon Valley lainnya, perusahaan startup dengan nilai perusahaan setidaknya US$1 miliar, termasuk dari mereka yang tengah menunggu pada antrean IPO Slack Technologies Inc. dan Pinterest Inc. yang dijadwalkan tahun ini.
IPO Lyft akan menjadi yang pertama kalinya bagi perusahaan penyedia layanan jasa pemesanan kendaraan yang debut di pasar publik AS. Lyft diluncurkan pada 2012 dan dipimpin oleh para pendirinya, Logan Green dan John Zimmer.
Lyft akan menekankan kepada para investor realisasi pertumbuhan mereka yang cepat di AS dan model bisnis yang relatif tidak rumit, yang berfokus pada penjualan layanan antar penumpang menggunakan mobil, sepeda motor dan skuter.
Dalam pengajuan IPO, Lyft mengatakan pangsa pasar mereka di AS telah meningkat menjadi 39% dari 35% pada awal 2018. Tidak seperti Uber, Lyft hanya beroperasi di Amerika Utara.
Penghasilan Lyft tercatat US$2,16 miliar untuk 2018, dua kali lipat dari tahun sebelumnya dan naik 528% dari US$343 juta pada 2016.
Namun, berdasarkan arsip pengajuan IPO, Lyft mencatat kerugian US$911 juta pada 2018, atau naik dari US$688 juta pada 2017 dan US$682 juta pada 2016.
Lyft memperingatkan kerugian kemungkinan akan terus meningkat di tengah rencana bisnis mereka yang mengejar investasi dan ekspansi internasional yang lebih luas. Mereka juga dituntut untuk menaikkan gaji sopir.
Di sisi lain, tahun lalu Uber mencatatkan pendapatan US$11,3 miliar dengan pendapatan gross dari pemesanan layanan kendaraan US$50 miliar.
Namun, serupa dengan Lyft, Uber juga melaporkan kerugian sebesar US$3,3 miliar, tidak termasuk keuntungan dari unit bisnis di luar negeri seperti di Rusia dan Asia Tenggara.
Pada Rabu (13/3), Reuters melaporkan bahwa SoftBank's Vision Fund dan Toyota Motor Corp adalah bagian dari konsorsium investor yang diperkirakan akan melakukan investasi sebesar US$1 miliar pada unit mobil tanpa awak milik Uber.
Menarik investor besar yang berisiko mempengaruhi bisnis utama mereka adalah langkah yang tidak biasa bagi perusahaan yang sudah begitu dekat dengan agenda IPO.