Bisnis.com, JAKARTA—Penguatan nilai tukar yuan terhadap dolar AS diperkirakan akan kembali berlanjut pada tahun depan.
Para ekonom menilai, penguatan akan terus terjadi meskipun mata uang China tersebut berhasil mencatatkan kenaikan secara tahunan yang paling tajam sejak 2008 terhadap greenback, pada tahun ini.
Peter Rosenstreich, Kepala Srategi Pasar Swissquote Bank SA mengatakan pertumbuhan ekonomi yang kuat, tingginya biaya pinjaman domestik dan kembali melemahnya dolar AS pada tahun depan akan mendukung penguatan yuan. Dia memprediksi, nilai tukar yuan akan berkisar 6,45 per dolar AS pada akhir 2018.
“Kami masih optimis terhadap China. Di sisi lain kami melihat pelemahan dolar AS akan mendorong investor meningkatkan diversifikasi kepemilikan mata uang asingnya ke valas lain termasuk yuan,” kata Rosenstreich, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/12).
Adapun, pada tahun lalu, perusahaan pemberi pinjaman yang berbasis di Swiss yakni Gland memperkirakan pada akhir 2017 yuan akan menguat menjadi 6,55 per dolar AS. Kala itu, proyeksi tersebut dinilai sangat bullish. Namun apabila dilihat realisasi pada tahun ini, perkiraan Gland menjadi salah satu yang paling akurat.
Capaian pada tahun ini merupakan kebalikan dari prediksi para analis yang disurvei oleh Bloomberg tahun lalu. Kala itu, yuan diperkirakan akan melemah menjadi 7 per dolar AS pada tahun ini.
Baca Juga
Penguatan nilai tukar yuan, diharapkan akan mampu menaikkan daya tarik aset China bagi investor asing pada tahun depan. Di sisi lain, prestasi yuan juga diharpakan mampu menutup kenangan buruk investor global pada aksi devaluasi yuan oleh Pemerintah China pada 2015 lalu.
Namun, demikian, risiko menguatnya mata uang China ke level tertingginya tersebut ditakutkan akan menggangu arus ekspor negara tersebut. Tercatat sepanjang pekan ini, nilai tukar yuan berada pada level tertingginya terhadap mata uang utama dunia lainnya. Kendati demikian, investor dinilai akan merasa lebih aman lantaran Beijing menjanjikan untuk tidak akan lagi mendevaluasi mata uangnya.
Adapun, pada tahun depan, yuan diprediksi akan mendapat dorongan dari pertumbuhan ekonomi China yang moderat. Rosenstreich memperkirakan laju produk domestik bruto (PDB) Negeri Panda akan menembus 6,8% pada 2018 lantaran didukung oleh permintaan eksternal yang kuat.
Di sisi lain, yuan juga akan mendapat sokongan tambahan jika Bank Sentral China (PBOC) menaikkan suku bunganya untuk mengikuti kebijakan Bank Sentral AS (The Fed).
Senada, Sean Yokota, Kepala Strategi Asia di Skandinaviska Enskilda Banken AB memperkirakan, nilai tukar mata uang China tersebut akan menguat 6,3 per dolar AS pada akhir tahun depan.