Bisnis.com, LONDON - Pasar Inggris melemah tajam pada Jumat (24/6/2016) sementara pound sterling terjun ke level terendah dalam 31 tahun terakhir dan bursa berjangka Inggris menurun drastis di pasar terbuka setelah rakyat Inggris memilih untuk hengkang dari Uni Eropa.
Sterling sempat meroket menuju US$1,50 yang menjadi nilai tertinggi sepanjang 2016 ketika hasil poling menunjukkan bahwa Inggris berpotensi besar untuk tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.
Namun, sterling kemudian melemah hampir sekitar 17 sen dari angka tertingginya setelah hasil perhitungan dan stasiun TV menunjukkan bahwa opsi Brexit alias British Exit unggul dalam referendum pada Kamis (24/6/2016) seperti dikutip dari Reuters.
Pelemahan sebesar 10% ini menjadi sangat bersejarah dan dan menjadi yang terbesar sejak perkenalan sistem penukaran mata uang pada 1970.
Penurunan ini bahkan lebih besar dari fenomena Black Friday yang terjadi pada 1992 ketika miliuner George Soros mendorong sterling keluar dari mekanisme nilai tukar (Exchange rate mechanism).
“Kita kembali ke masa 1985. Terjadi penurunan 10% dalam enam jam dan ini sangat tidak biasa. Pilihan untuk keluar memicu krisis eksistensial bagi Eropa ” kata Nick Parsons, co-head strategi mata uang global NAB.
Sterling jatuh ke angka US$1,3305, level terendahnya sejak September 1985. Sterling juga melemah 6% terhadap euro dan 15% terhadap yen.