Bisnis,com, JAKARTA - Menjelang eksekusi terhadap gembong narkoba Bali Nine, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto berharap kedua pihak—Indonesia dan Australia—tak saling mengeluarkan pernyataan kontroversial. Andi menilai kedua negara sedang dalam ketegangan tertentu.
"Diplomasi megaphone sebaiknya dikurangi," kata Andi di kantornya, Rabu (11/3/2015) malam.
Menurutnya, diplomasi megaphone adalah mengeluarkan statemen di media massa yang berpotensi menaikkan eskalasi ketegangan diplomatik. Pengajar di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia ini menunjukkan advis itu kepada pihak Indonesia dan Australia.
Kemarin, di UGM Yogyakarta, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengancam akan melepaskan imigran gelap yang ingin ke Australia. Menurut Tedjo, Jakarta telah mencegah para imigran yang berjumlah sekitar 10.000 orang itu mencari suaka di Negara Kanguru.
"Jika dilepas, mereka akan menjadi tsunami manusia," kata Tedjo. Ucapan Tedjo ini lalu membuat gaduh media di Australia.
Andi mengimbau kedua pejabat negara memanfaatkan hubungan diplomasi yang telah berjalan baik. Dia menilai maksud Tedjo secara tersirat adalah dulu Indonesia dan Australia telah menjalin kerja sama pada bidang imigran ilegal.
"Mungkin saat ini bisa dilihat potensi kerja sama dalam pemberantasan narkoba," ujarnya.
Istana Minta "Diplomasi Megaphone" RI-Australia Dihentikan
Menjelang eksekusi terhadap gembong narkoba Bali Nine, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto berharap kedua pihakIndonesia dan Australiatak saling mengeluarkan pernyataan kontroversial. Andi menilai kedua negara sedang dalam ketegangan tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
2 jam yang lalu
Deretan Kader Gerindra yang Duduk di Jabatan Strategis BUMN
5 jam yang lalu