Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Telepon Putin Hampir Sejam, Trump Sebut Progres Damai Rusia-Ukraina Jalan di Tempat

Presiden AS Donald Trump mengatakan pembicaraan lewat telepon dengan Vladimir Putin tidak membuahkan kemajuan apa pun terkait upaya perdamaian di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan saat pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang, 28 Juni 2019./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan saat pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang, 28 Juni 2019./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa pembicaraan lewat telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (3/7/2025) tidak membuahkan kemajuan apa pun terkait upaya perdamaian di Ukraina.

Di sisi lain, Kremlin menyatakan bahwa Putin menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan “akar permasalahan” konflik.

Melansir Reuters, Jumat (4/7/2025), dalam percakapan yang berlangsung hampir satu jam, kedua pemimpin tidak membahas jeda sementara pengiriman senjata AS ke Kyiv, menurut keterangan penasihat Putin, Yuri Ushakov.

Diplomasi Washington untuk menghentikan invasi Rusia telah menemui jalan buntu. Tekanan agar Trump bersikap lebih tegas terhadap Putin pun meningkat, termasuk dari sesama anggota Partai Republik yang mendorong agar ia menekan Moskow untuk bernegosiasi secara serius.

Beberapa jam setelah panggilan itu, serangan drone Rusia dilaporkan memicu kebakaran di sebuah kompleks apartemen di pinggiran utara Kyiv.

Di ibu kota Ukraina, saksi mata mendengar ledakan keras dan tembakan senjata berat dari unit pertahanan udara yang menggempur drone. Sementara itu, lima orang dilaporkan tewas akibat serangan artileri Rusia di wilayah timur.

“Saya tidak mendapat kemajuan apa pun darinya,” kata Trump singkat di hadapan wartawan di sebuah pangkalan udara dekat Washington sebelum bertolak ke acara kampanye di Iowa.

Di tempat terpisah, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan di Denmark bahwa ia berharap bisa berbicara langsung dengan Trump pada Jumat, menyusul jeda pengiriman senjata AS yang mencuat awal pekan ini.

Trump menampik kabar bahwa AS sepenuhnya menghentikan aliran senjata ke Kyiv. Namun, ia menyalahkan mantan Presiden Joe Biden karena telah mengirim terlalu banyak senjata, yang menurutnya bisa mengancam kekuatan militer AS sendiri.

“Kami masih memberi senjata, tapi Biden sudah menguras semua cadangan kita. Kita harus memastikan persenjataan kita cukup,” ujarnya.

Sumber Reuters menyebut, jeda pengiriman ini disebabkan stok senjata penting AS yang makin menipis—pada saat Ukraina tengah menghadapi serangan musim panas Rusia dan meningkatnya serangan terhadap warga sipil.

Putin kembali menegaskan bahwa ia hanya akan menghentikan invasi jika “akar masalah” diselesaikan, termasuk penolakan terhadap keanggotaan Ukraina di NATO dan penghentian dukungan Barat terhadap Kyiv.

Pemimpin Rusia itu juga disebut berusaha memperluas pengaruh terhadap keputusan politik di Kyiv dan ibu kota negara-negara Eropa Timur lainnya.

Kebijakan penghentian pengiriman senjata AS mengejutkan Kyiv. Kebingungan pun mencuat mengenai posisi Trump, apalagi ia baru pekan lalu menyatakan niat untuk mengirim sistem pertahanan udara Patriot ke Ukraina.

Pemerintah Ukraina telah memanggil pejabat AS di Kyiv guna menegaskan pentingnya bantuan militer Washington. Mereka memperingatkan bahwa jeda pengiriman akan memperlemah pertahanan Ukraina di tengah serangan udara dan ofensif darat Rusia yang semakin intensif.

Pentagon menyatakan pengurangan tersebut telah memengaruhi pengiriman rudal pertahanan Patriot, sistem utama yang digunakan Ukraina untuk menangkal misil balistik cepat milik Rusia.

Menurut Ushakov, Moskow masih membuka ruang dialog dengan Washington, namun bersikeras bahwa negosiasi damai harus berlangsung langsung antara Rusia dan Ukraina. Ia juga memastikan bahwa pembicaraan Trump dan Putin tidak menyentuh rencana pertemuan tatap muka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper