Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biografi Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur sang Penantang VOC

Biografi Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional dari Gowa yang dikenal karena perjuangannya melawan VOC dan dijuluki Ayam Jantan dari Timur.
Profil Sultan Hasanuddin dan kisahnya melawan VOC./sma13smg.sch.id
Profil Sultan Hasanuddin dan kisahnya melawan VOC./sma13smg.sch.id

Bisnis.com, JAKARTA - Sultan Hasanuddin adalah salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena keberaniannya melawan kekuatan armada dagang VOC.

Dia mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur," dan menjadi simbol perlawanan rakyat Sulawesi Selatan terhadap dominasi VOC Belanda. 

Artikel ini akan mengulas secara rinci perjalanan hidup, perjuangan, serta warisan semangat juang Sultan Hasanuddin yang tetap relevan bagi generasi Indonesia saat ini.

Biografi Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena keberaniannya dalam melawan dominasi VOC Belanda di Sulawesi Selatan pada abad ke-17.

Sebagai Sultan Gowa, ia berjuang mempertahankan kedaulatan dan hak berdagang rakyatnya yang terancam oleh monopoli VOC. Keteguhan dan keberaniannya menghadapi penjajah membuatnya dikenal sebagai "Ayam Jantan dari Timur".

  • Nama Lengkap: I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang
  • Gelar: Sultan Hasanuddin
  • Tempat Lahir: Makassar, Sulawesi Selatan
  • Tahun Lahir: 1631
  • Wafat: 12 Juni 1670
  • Kerajaan: Kesultanan Gowa
  • Gelar Nasional: Pahlawan Nasional Indonesia (dianugerahkan 6 November 1973)
  • Julukan: Ayam Jantan dari Timur
  • Dikenal Karena: Perjuangannya melawan VOC dalam Perang Makassar (1666-1669)

Latar Belakang dan Masa Kecil

Sultan Hasanuddin, yang bernama lengkap I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang, dilahirkan pada tahun 1631 di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia tumbuh dalam lingkungan bangsawan yang sangat berpengaruh di Kesultanan Gowa. Ayahnya, Sultan Malikussaid, adalah seorang raja yang dikenal visioner dan memajukan kerajaannya dalam berbagai aspek, termasuk perdagangan dan militer.

Sejak kecil, Hasanuddin telah menunjukkan kecerdasan dan semangat juang yang tinggi. Ia dibesarkan dalam tradisi keislaman yang kuat, sekaligus menerima pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur adat Bugis-Makassar.

Tak hanya belajar agama, ia juga mendapatkan pelatihan dalam bidang strategi perang, politik, dan etika kepemimpinan. Kehidupan istana yang disiplin dan religius membentuk karakter Hasanuddin sebagai pemuda yang tegas, cakap, serta memiliki kepedulian besar terhadap nasib bangsanya.

Pengaruh besar dari ayahnya serta lingkungan kerajaan yang kompetitif menjadikan Hasanuddin tumbuh sebagai sosok yang tangguh. Pengalaman masa kecilnya dalam menyaksikan pergolakan politik dan persinggungan dengan kekuatan asing seperti VOC telah membangkitkan kesadaran nasionalisme dalam dirinya sejak usia muda.

Inilah fondasi awal yang kelak membentuk dirinya sebagai pemimpin pemberani dan simbol perlawanan dari timur Indonesia.

Pendidikan Hasanuddin

Sebagai putra mahkota, Sultan Hasanuddin mendapat pendidikan yang komprehensif. Ia belajar ilmu agama dari para ulama terkemuka di lingkungan Kesultanan Gowa, termasuk tokoh keagamaan seperti Syekh Yusuf yang dikenal sebagai ulama besar di Nusantara.

Selain pelajaran keagamaan seperti tafsir Al-Qur’an, hadis, dan fiqih, ia juga dibimbing oleh penasihat istana dalam bidang tata negara, sejarah kerajaan, strategi militer, serta diplomasi kerajaan.

Pendidikan tersebut tidak hanya berlangsung secara formal di dalam lingkungan istana, tetapi juga melalui praktik langsung di lapangan. Sejak usia belia, Hasanuddin sudah diajak menyaksikan rapat-rapat kerajaan dan mengikuti pelatihan militer.

Hal ini memberinya pengalaman berharga untuk memahami dinamika politik dan kekuasaan sejak dini. Kombinasi antara ilmu agama, strategi kepemimpinan, dan pelatihan militer inilah yang kelak menjadikannya pemimpin tangguh dalam menghadapi tantangan besar dari kolonialisme VOC.

Pendidikan ini membekalinya untuk menjadi seorang pemimpin yang tidak hanya cerdas dan saleh, tetapi juga mampu berdiplomasi dan memimpin pasukan di medan perang. Kecerdasannya membuatnya dihormati tidak hanya oleh rakyatnya, tetapi juga oleh lawan-lawannya.

Kenaikan Tahta Sultan Hasanuddin

Setelah wafatnya Sultan Malikussaid pada tahun 1653, putranya, I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang, secara resmi dinobatkan sebagai Sultan Gowa. Penobatan ini menandai awal dari babak baru dalam sejarah Kesultanan Gowa, terutama dalam menghadapi tekanan eksternal dari bangsa kolonial.

Sultan Hasanuddin memimpin di usia muda. Sejak awal masa kepemimpinannya, Sultan Hasanuddin menunjukkan sikap yang tegas terhadap upaya dominasi asing.

Ia melihat ancaman yang ditimbulkan oleh monopoli dagang VOC terhadap kehidupan rakyat dan masa depan kerajaannya. Ia segera mengonsolidasikan kekuatan internal kerajaan dan memperkuat pertahanan untuk menghadapi kemungkinan serangan dari luar.

Penobatan ini bukan hanya simbol suksesi kerajaan, tetapi juga awal dari fase baru dalam sejarah Kesultanan Gowa yang penuh dengan tantangan kolonial.

Perjuangan Sultan Hasanuddin

Perjuangan Sultan Hasanuddin mencapai puncaknya dalam Perang Makassar yang berlangsung dari tahun 1666 hingga 1669. Ia menolak keras monopoli dagang yang diberlakukan VOC dan mempertahankan kemerdekaan Kerajaan Gowa.

Dalam perang ini, Sultan Hasanuddin mengerahkan pasukan besar, membangun pertahanan yang kuat, dan memimpin langsung pertempuran melawan armada VOC yang lebih modern dan memiliki dukungan internasional.

Perang Makassar berdampak luas terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Gowa. Banyak desa hancur, aktivitas dagang terganggu, dan akses terhadap sumber daya menjadi terbatas. Rakyat Gowa mengalami penderitaan akibat blokade ekonomi yang dilakukan oleh VOC serta kehancuran infrastruktur.

Meskipun akhirnya Gowa terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya yang merugikan, perjuangan Hasanuddin tetap dikenang sebagai bentuk perlawanan yang bermartabat.

Semangatnya terus menginspirasi rakyat untuk tidak tunduk terhadap penindasan dan mempertahankan harga diri bangsa.

Baca Juga : Daftar 50 Pahlawan Nasional Indonesia dan Biografi Singkatnya (Update 2025)

Soon Baca Juga: (Evergreen) 25 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia dan Perannya dalam Sejarah

Alasan Melakukan Perlawanan

Sultan Hasanuddin melakukan perlawanan karena melihat dampak negatif dari dominasi VOC terhadap rakyatnya. VOC bukan hanya memaksakan monopoli dagang, tetapi juga mencampuri urusan politik internal kerajaan, memecah-belah rakyat, dan menyebarkan korupsi.

Ia menyadari bahwa membiarkan VOC menguasai perdagangan akan membuat rakyat Gowa sengsara dan kehilangan kedaulatan. Dengan latar belakang itulah, Hasanuddin mengangkat senjata dan menggalang perlawanan besar-besaran demi menjaga kehormatan bangsanya.

Asal Usul Julukan Ayam Jantan dari Timur

Julukan "Ayam Jantan dari Timur" diberikan oleh para pejabat dan tentara Belanda sebagai bentuk kekaguman sekaligus ketakutan terhadap keberanian dan perlawanan keras yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Belanda menjulukinya "De Haantjes van het Oosten" atau "Ayam Jantan dari Timur". Julukan ini menggambarkan betapa garangnya perlawanan yang ia pimpin.

Julukan ini kemudian diadopsi oleh masyarakat luas dan dijadikan simbol perjuangan yang gigih dari wilayah timur Indonesia dalam menghadapi penjajahan. Hingga kini, nama dan julukan tersebut menjadi ikon perjuangan di Sulawesi Selatan dan Indonesia.

Wafatnya Sultan Hasanuddin

Setelah kekalahan diplomatik militer dari VOC pada tahun 1669, Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjalani masa akhir hayatnya dengan sederhana.

Ia wafat pada 12 Juni 1670 dalam usia 39 tahun. Meski perjuangannya tidak membuahkan kemenangan mutlak, semangat patriotismenya tetap hidup dalam hati rakyat. Pada 6 November 1973, pemerintah Indonesia secara resmi menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional sebagai penghormatan atas jasa-jasanya.

Warisan Sultan Hasanuddin

Warisan Sultan Hasanuddin bukan hanya berupa catatan sejarah perlawanan, tetapi juga nilai-nilai patriotisme, keberanian, dan kemandirian. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia.

Semangatnya terus diwariskan melalui pendidikan sejarah nasional dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.

Namanya diabadikan dalam berbagai bentuk penghargaan seperti Universitas Hasanuddin di Makassar, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, serta nama jalan dan gedung pemerintahan. 

Sejarawan Taufik Abdullah pernah mencatat, "Perlawanan Hasanuddin melawan VOC bukan hanya konflik fisik, tapi juga pertempuran gagasan tentang kedaulatan."

Sementara itu, Presiden Soekarno dalam pidato kenegaraannya tahun 1958 pernah menyebut Sultan Hasanuddin sebagai "seorang pemimpin yang membuktikan bahwa harga diri dan kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar."

Kutipan-kutipan ini memperkuat posisi Sultan Hasanuddin sebagai tokoh nasional yang perjuangannya tidak hanya lokal, tetapi berdampak pada kesadaran nasionalisme Indonesia secara keseluruhan.

Fakta Unik Sultan Hasanuddin

  • Sultan Hasanuddin menjadi satu dari sedikit tokoh Nusantara yang dijuluki oleh penjajahnya karena keberanian luar biasa.
  • Ia merupakan pemimpin yang menggabungkan peran religius, militer, dan politik secara harmonis.
  • Benteng Somba Opu, benteng peninggalan Kerajaan Gowa, menjadi saksi sejarah perjuangan Hasanuddin.
  • Perjanjian Bongaya yang ditandatangani pasca perang merupakan salah satu dokumen penting yang menunjukkan dampak besar perjuangannya terhadap sejarah Indonesia.

Sultan Hasanuddin mengajarkan bahwa perjuangan melawan ketidakadilan harus dilakukan dengan keberanian, kecerdasan, dan komitmen terhadap kemerdekaan. Sosoknya bukan hanya penting dalam konteks sejarah lokal Makassar, tetapi juga dalam narasi kebangsaan Indonesia.

Ia menginspirasi kita untuk tidak menyerah pada tekanan dan terus memperjuangkan keadilan, kedaulatan, serta martabat bangsa di tengah berbagai tantangan zaman.

Referensi Resmi:

Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Edi Suwiknyo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro