Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menegaskan keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS dan mengajukan aksesi ke OECD bukanlah sebuah kontradiksi, melainkan langkah strategis untuk memperluas peluang dan mengurangi ketergantungan pada mitra tradisional.
Menurutnya, langkah ini juga sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan non-blok dengan memperkaya hubungan internasional dengan berbagai organisasi luar negeri.
“Saya kira ini bukan sesuatu yang kontradiksi, karena ada negara-negara OECD yang nggak ada di BRICS. UEA juga ada di dua-duanya. Ada juga OECD yang kalau dilihat ya tidak sepenuhnya, ini bukan political ataupun military block. Ada di barat misalnya Meksiko, Kolombia, Costa Rica di OECD. Dan juga mitra strategis kita Turkiya ada di OECD,” ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi I DPR RI, Senin (30/6/2025).
Sugiono menjelaskan, keanggotaan di berbagai organisasi multilateral seperti BRICS, OECD, hingga CPTPP bertujuan membuka lebih banyak peluang bagi Indonesia, khususnya dalam kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi di tengah situasi global yang dinamis.
“Yang mau kita lakukan adalah dengan bergabungnya kita di berbagai multilateral grouping ini, ada kesempatan-kesempatan dan alternatif-alternatif baru bagi Indonesia dalam rangka mengembangkan hubungannya khususnya di bidang ekonomi. Dengan situasi yang tidak menentu ini, terjadi shifting gimana kita memposisikan diri, gimana kita mengurangi ketergantungan dengan mungkin mitra-mitra tradisional kita selama ini. Ini yang kita coba,” jelasnya.
Sugiono menegaskan bahwa Indonesia tetap berpegang teguh pada prinsip non-alignment. Menurutnya, kepentingan nasional tersebut mencakup upaya menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca Juga
Oleh sebab itu, dia melanjutkan menjalin hubungan baik dengan semua pihak, baik di kawasan regional maupun global, adalah langkah strategis yang tak bisa dihindari.
“Sebagai negara kita ingin jadi negara yang mandiri, merdeka, berdaulat dalam arti sebenarnya. Salah satunya bagaimana masyarakat kita bisa hidup dalam keadilan dan kemakmuran. Untuk mencapai itu kita harus punya hubungan baik dengan tetangga regional dan global,” pungkas Sugiono.