Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Benarkah Rusia di Ambang Kebangkrutan?

Muncul pertanyaan apakah ekonomi Rusia akan bangkrut setelah terlibat perang dengan Ukraina dan mendapatkan berbagai sanksi dari Eropa?
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federal di Moskow, Rusia 21 Februari 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federal di Moskow, Rusia 21 Februari 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin via REUTERS

Apakah Rusia akan hancur dalam waktu dekat?

Yevgeny Nadorshin, ekonom yang berkantor di Moskow, mengatakan kepada BBC News bahwa Rusia tidak akan bangkrut dalam waktu dekat. Jikapun bangkrut, maka akan perlu waktu.

"Secara keseluruhan, situasinya akan cukup tidak mengenakkan hingga akhir tahun 2026, dan pasti akan ada gagal bayar dan kebangkrutan," katanya.

Namun, ia memperkirakan kemerosotan tersebut akan "ringan" dan menyebut setiap dugaan kehancuran sebagai "kebohongan total".

"Tanpa diragukan lagi, ekonomi Rusia telah mengalami sejumlah resesi yang lebih parah dari ini."

Nadorshin menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Rusia saat ini berada pada rekor terendah sebesar 2,3%, dan kemungkinan akan mencapai puncaknya pada angka 3,5% tahun depan.

Sebaliknya, tingkat pengangguran di Inggris adalah 4,6% pada bulan April.

Meski begitu, ia dan pihak lain melihat alasan untuk khawatir, dan itu karena Rusia tampaknya telah memasuki periode stagnasi.

Laju inflasi mencapai 9,9% dalam setahun hingga April, sebagian disebabkan oleh sanksi Barat yang menaikkan harga impor, tetapi juga karena kekurangan pekerja yang telah menaikkan upah.

Negara itu kekurangan sekitar 2,6 juta pekerja pada akhir tahun 2024, menurut Sekolah Tinggi Ekonomi Rusia, sebagian besarnya disebabkan oleh banyaknya pria yang pergi berperang atau melarikan diri ke luar negeri untuk menghindarinya.

Bank sentral menaikkan suku bunga ke tingkat rekor tahun ini untuk mencoba dan menjinakkan kenaikan harga - tetapi hal itu membuat perusahaan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk mengumpulkan modal yang mereka butuhkan untuk berinvestasi.

Sementara itu, pendapatan minyak dan gas Rusia turun akibat sanksi dan pelemahan harga, dan turun 35% tahun-ke-tahun pada bulan Mei, menurut angka resmi.

Hal ini mengakibatkan defisit anggaran yang makin besar sehingga negara tidak memiliki cukup dana untuk dibelanjakan pada infrastruktur dan layanan publik.

"Mereka memiliki dana besar untuk pengeluaran militer yang tidak dapat disentuh," kata András Tóth-Czifra, seorang analis politik dan pengamat Rusia.

"Rusia mungkin telah mampu mengatasi sanksi Barat lebih baik dari yang diperkirakan, tetapi sanksi tersebut terus membebani perekonomian," tambahnya

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper