Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ragam Reaksi Para Pemimpin Dunia Atas Serangan AS ke Iran

Serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025), mengundang berbagai macam reaksi dari para pemimpin dunia.
Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). Bloomberg/Bonnie Cash/UPI
Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). Bloomberg/Bonnie Cash/UPI

Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Minggu (22/6/2025).

Keputusan Presiden AS Donald Trump ikut terlibat dalam perang Iran-Israel mengundang berbagai macam reaksi dari para pemimpin dunia. Beberapa menyerukan deeskalasi konflik dan mengutuk serangan AS.

Dilansir dari Reuters, reaksi tersebut datang dari Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Kepala Komisi Uni Eropa Ursula Von Der Leyen, Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia Dmitry Medvedev, hingga Presiden Kuba Miguel Diaz-canel.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres

"Ini adalah eskalasi yang berbahaya di wilayah yang sudah berada di ujung tanduk dan merupakan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Ada peningkatan risilo bahwa konflik ini dapat dengan cepat lepas kendali - dengan konsekuensi bencana bagi warga sipil, kawasan, dan dunia. Saya menyerukan kepada negara-negara anggota [PBB] untuk meredakan ketegangan dan menjunjung tinggi kewajiban mereka di bawah Piagam PBB dan aturan-aturan hukum internasional lainnya."

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi

"Amerika Serikat, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah melakukan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dengan menyerang instalasi nuklir damai milik Iran. Peristiwa yang terjadi pagi ini sungguh keterlaluan dan akan membawa konsekuensi yang abadi. Setiap anggota PBB harus merasa prihatin atas perilaku yang sangat berbahaya, melanggar hukum, dan bersifat kriminal ini. Sesuai dengan Piagam PBB dan ketentuannya yang memperbolehkan respons sah dalam rangka pembelaan diri, Iran mempertahankan semua opsi untuk membela kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

"Selamat, Presiden Trump. Keputusan Anda yang berani untuk menyerang fasilitas nuklir Iran dengan kekuatan luar biasa dan penuh kebenaran dari Amerika Serikat akan mengubah jalannya sejarah... Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk mencegah rezim paling berbahaya di dunia memperoleh senjata paling berbahaya di dunia."

Kepala Komisi Uni Eropa Ursula Von Der Leyen

“Iran tidak boleh memiliki bom.”

"Dengan ketegangan di Timur Tengah yang mencapai puncaknya, stabilitas harus menjadi prioritas. Dan penghormatan terhadap hukum internasional sangat penting."

"Sekarang adalah saat bagi Iran untuk terlibat dalam solusi diplomatik yang kredibel. Meja perundingan adalah satu-satunya tempat untuk mengakhiri krisis ini."

Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia Dmitry Medvedev

"Trump, yang datang sebagai presiden pembawa perdamaian, telah memulai perang baru bagi AS," ujar Medvedev melalui Telegram.

"Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian".

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot

“Prancis meyakini bahwa penyelesaian yang berkelanjutan terhadap masalah ini memerlukan solusi yang dinegosiasikan dalam kerangka Perjanjian Non-Proliferasi," kata Barrot melalui X.

Perdana Menteri Britania Raya Keir Starmer

“Program nuklir Iran merupakan ancaman serius bagi keamanan internasional. Iran tidak boleh dibiarkan mengembangkan senjata nuklir dan AS telah mengambil tindakan untuk meredakan ancaman tersebut. Situasi di Timur Tengah tetap tidak stabil dan stabilitas di kawasan menjadi prioritas. Kami menyerukan kepada Iran untuk kembali ke meja perundingan dan mencapai solusi diplomatik guna mengakhiri krisis ini.”

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper