Bisnis.com, JAKARTA — Kelompok perjuangan Palestina, Hamas dan Zionis Israel menyepakati gencatan senjata selama 60 hari ke depan di Jalur Gaza, lapor penyiar Al Arabiya yang mengutip berbagai sumber pada Kamis (29/5).
Sebelumnya pada hari itu, Hamas mengatakan pihaknya telah menerima usulan baru gencatan senjata di Jalur Gaza dari Utusan Khusus Amerika Serikat Steve Witkoff melalui mediator.
Sementara itu penyiar Israel Kan, yang mengutip beberapa sumber, melansir bahwa Israel sepakat dengan usulan baru Witkoff, namun Hamas keberatan dengan usulan tersebut lantaran tidak ada jaminan perang berakhir secara permanen dan penarikan penuh militer Israel dari wilayah kantong itu.
Menurut laporan, Utusan Khusus Presiden Donald Trump itu sudah diberitahu bahwa kedua pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata.
Sebelumnya, Hamas mengajukan tawaran untuk melakukan gencatan senjata selama 5 tahun kepada Israel. Pihak Hamas juga ingin mengakhiri perang dengan membebaskan semua sandera sekaligus.
Penawaran ini, mengutip AFP, adalah jalan keluar Hamas yang dibicarakan setelah mengunjungi Mesir untuk menghentikan perang yang telah berlangsung selama 18 bulan. Hamas pun mengatakan bahwa penawaran tersebut dilakukan karena mulai menipisnya stock medis dan terpojoknya para petugas.
Baca Juga
Sayangnya Israel langsung memberikan reaksi keras dengan langsung menolak usulan Hamas untuk melakukan gencatan senjata 5 tahun dengan syarat membebaskan sandera sekaligus.
Selain itu, Israel juga menolak permintaan untuk menarik seluruh pasukannya dari Jalur Gaza dan mencabut blokade atas wilayah tersebut, tulis sebuah sumber dikutip dari Spitnik.
Padahal Hamas secara konsisten menuntut adanya gencatan senjata untuk mengakhiri perang. Di mana Israel bersikeras ingin melucuti senjata Hamas dan meminta sandera dibebaskan dengan syarat.
Sebelumnya diketahui, pada 18 Maret Israel melanjutkan serangan ke Jalur Gaza dengan alasan gerakan Palestina Hamas menolak menerima rencana Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang gencatan senjata yang telah berakhir pada 1 Maret.
Pihak Israel juga memutus pasokan listrik ke pabrik desalinasi di Jalur Gaza dan menutup akses masuk untuk truk-truk pembawa bantuan kemanusiaan.