Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warren Buffet dan Deretan Investasi yang Mengubah Jalan Hidupnya

Warren Buffett salah satu tokoh investasi paling berpengaruh di dunia itu telah menjajal sederet investasi yang kemudian mengubah hidupnya.
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters

Cerita Investasi Warren Buffet 

Warren Buffet yang dijuluki sebagai "Oracle of Omaha" ini telah memiliki ketertarikan akan bisnis dan investasi sedari kecil. Sejak usia 11 tahun, Buffett telah membeli 3 lembar saham preferen salah satu perusahaan Cities Service.

Setelah lulus kuliah, Buffett bekerja di perusahaan ayahnya, Buffett-Falk & Co., sebagai tenaga penjual investasi dari 1951 hingga 1954. 

Pada 1951, Buffett juga melakukan pembelian saham pertamanya di Geico. Kemudian, ia menjadi analis sekuritas di Graham-Newman Corp. dari 1954 hingga 1956. Setelahnya, sejak 1956 hingga 1969 ia menjajal kemitraan investasi.

Di era saat Buffett menjajal kemitraan investasi, Buffet membeli saham Sanborn Map Company. Di perusahaan itu, Buffett telah meraup laba investasi sebesar 50% hanya dalam dua tahun. 

Gaya investasi Warren Buffet tidak serumit yang dibayangkan. Justru, strategi dan filosofi yang dia lakukan membuat investor baru terkejut setelah mengetahui gaya investasinya.

Buffet berinvestasi di perusahaan-perusahaan skala besar yang diperdagangkan dengan harga di bawah nilai intrinsiknya sehingga dia memegang investasi tersebut selama bisnis tersebut masih menjadi bisnis besar.

Gaya investasi Buffett mampu menjadikan dirinya sebagai salah satu investor tersukses bisa dicermati dari filosofi investasinya dan saham-saham yang dipilih olehnya untuk investasi.

Pada 1970, Buffett mengambil alih perusahaan manufaktur tekstil, Berkshire Hathaway. Setelahnya, lewat kendaraan Berkshire Hathaway, ragam jalan investasi ditapaki. 

Pada 1973, Berkshire misalnya mulai mengakuisisi saham di Washington Post Company. Pada 1979, Berkshire mengakuisisi saham ABC.

Pada 1987, Berkshire Hathaway membeli 12% saham di Salomon Inc., menjadikannya pemegang saham terbesar dan Buffett menjadi direktur.

Pada 1988, Buffett mulai membeli saham The Coca-Cola Company dan menjadi salah satu investasi paling menguntungkannya. Buffet pun membeli American Express pada 1991 dan kini menjadi pemegang sekitar 20% saham perusahaan.

Pada krisis keuangan 2008, Buffett membeli saham preferen General Electric. Buffett juga sempat membeli saham Procter & Gamble Co. dan Johnson & Johnson.

Pada 2009, Buffett berinvestasi di Swiss Re untuk meningkatkan modal ekuitas. Pada tahun tersebut, Buffett juga mengakuisisi Burlington Northern Santa Fe Corp.

Pada tahun 2011, Warren Buffett membeli saham preferen Bank of America senilai US$5 miliar setelah krisis keuangan. Pada tahun yang sama, Buffett juga telah membeli 64 juta lembar saham International Business Machine Corp (IBM), senilai sekitar US$11 miliar.

Kemudian, pada 2016, Buffett lewat tangan Berkshire-nya itu membeli saham Apple. Buffet telah menghabiskan sekitar US$40 miliar untuk saham pembuat iPhone tersebut. Sementara, bagi Berkshire, Apple telah menjadi investasi yang bagus.

Saham Apple telah menghasilkan keuntungan total hampir 800% sejak Berkshire pertama kali mengungkapkan kepemilikannya, menurut catatan Financial Times.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper