Bisnis.com, JAKARTA - Perang Rusia dan Ukraina terancam semakin panas karena Donald Trump sudah mengemukakan ancamannya.
Dilansir dari News CTGN, Amerika Serikat akan meninggalkan upaya untuk menengahi kesepakatan damai Rusia-Ukraina dalam waktu dekat.
Itu artinya, AS dan Trump sudah tak akan peduli lagi dengan perang yang terjadi antara dua negara tersebut. Mereka akan mundur sebagai penengah.
Namun, skenario ini tak akan terjadi jika ada tanda-tanda kemajuan yang jelas dalam waktu dekat, kata Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat.
"Kami ingin segera menyelesaikannya (perang Rusia-Ukraina)," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
"Sekarang, jika karena alasan tertentu salah satu dari kedua pihak mempersulitnya, kami akan berkata, 'kalian bodoh, kalian tolol, kalian orang-orang jahat,' dan kami akan mengabaikannya. Namun, mudah-mudahan kami tidak perlu melakukan itu," tambah Trump/
Baca Juga
Komentar Trump menyusul pernyataan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang mengatakan kedua pihak hanya punya waktu beberapa hari untuk menunjukkan kemajuan atau Washington akan meninggalkannya.
"Kami tidak akan melanjutkan usaha ini selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Jadi, kami perlu segera menentukan sekarang, dan saya berbicara tentang hitungan hari, apakah ini dapat dilakukan dalam beberapa minggu ke depan," kata Rubio di Paris setelah bertemu dengan para pemimpin Eropa dan Ukraina.
"Jika hal itu tidak memungkinkan, jika jarak kita begitu jauh sehingga hal ini tidak akan terjadi, maka saya rasa presiden mungkin sudah sampai pada titik di mana ia akan berkata, 'baiklah, kita sudah selesai'," lanjutnya.
Trump, ketika ditanya, menolak untuk menetapkan batas waktu tertentu berapa lama ia bersedia menunggu.
"Marco benar saat mengatakan ... kami ingin ini berakhir," kata Trump.
Sebagaimana diketahui, Trump telah berupaya menengahi kesepakatan damai Rusia-Ukraina. Akan tetapi upaya tersebut belum menghasilkan terobosan sejauh ini.
Pada tanggal 18 Maret, Trump mengusulkan agar kedua pihak menahan diri dari menyerang fasilitas infrastruktur energi selama 30 hari. Rusia dan Ukraina kemudian menyetujuinya.
Namun, Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa pasukan Ukraina masih melancarkan serangan terhadap infrastruktur energi di 15 wilayah Rusia.
Ukraina mengatakan bahwa serangan rudal balistik Rusia baru-baru ini di kota Sumy di timur laut Ukraina menewaskan 35 orang.
Kesepakatan Damai Tampaknya Sulit Dicapai
Meningkatnya rasa frustrasi karena kesepakatan damai terbukti sulit dicapai
Selama beberapa minggu terakhir, pejabat pemerintahan Trump secara pribadi mengakui bahwa peluang tercapainya kesepakatan damai yang cepat di Ukraina semakin sulit diraih.
Komentar Rubio di Paris, kata tiga diplomat Eropa, mencerminkan meningkatnya rasa frustrasi di Gedung Putih atas apa yang mereka katakan sebagai keengganan Rusia untuk mengakhiri perang.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Jumat bahwa beberapa kemajuan dalam penyelesaian perdamaian telah dibuat, tetapi kontak dengan Washington sulit dilakukan.
Ia mengatakan Rusia berusaha keras untuk menyelesaikan konflik sambil memastikan kepentingannya sendiri. Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan Amerika Serikat, tambahnya.
Peskov mengatakan proses negosiasi masih sangat rumit. Ia mengatakan Rusia tidak melihat adanya seruan substantif untuk perdamaian dari negara-negara Uni Eropa terkait Ukraina.
Sebaliknya, UE terus mempromosikan militerisasi – baik untuk dirinya sendiri maupun Ukraina – daripada mengejar penyelesaian damai, imbuhnya.