Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proteksionisme Trump Bangkit dari Kubur, Tanda Era Konsesus Berakhir?

Bangkitnya proteksionisme Trump menandai berakhirnya era konsesus dan globalisasi.
Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers di Rose Garden, White House pada Rabu (2/4/2025) terkait pemberlakuan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers di Rose Garden, White House pada Rabu (2/4/2025) terkait pemberlakuan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

China Balas Donald Trump

China barangkali menjadi satu-satunya negara yang telah membalas perlakukan tarif sepihak Donald Trump. Pemerintah China bahkan menegaskan akan mengenakan tarif balasan untuk semua produk Amerika Serikat (AS) mulai 10 April 2025. Negara Tirai Bambu itu berencana mengenakan tarif tambahan sebesar 34% untuk semua produk asal AS.

"Tarif tersebut akan berada di atas tarif yang berlaku saat ini," demikian keterangan Kementerian Keuangan China.

Tak hanya itu, Kementerian Perdagangan China juga telah membatasi ekspor sejumlah komoditas ke AS, seperti samarium, gadolinium, terbium, diprosium, lutetium, scandium, dan itrium. Pembatasan ekspor itu dilakukan mulai hari ini.

China juga menambahkan 16 perusahaan asal AS ke daftar pengetatan ekspor. Terdapat 11 entitas yang masuk dalam daftar entitas kurang terpercaya, yang memungkinkan Beijing mengambil tindakan hukuman terhadap entitas asing.

 

"Tujuan penerapan kontrol ekspor terhadap barang-barang relevan sesuai dengan hukum adalah untuk lebih menjaga keamanan dan kepentingan nasional, dan untuk memenuhi kewajiban internasional seperti non-proliferasi," demikian pernyataan dari Kementerian Perdagangan China.

Bagaimana Indonesia?

Sejauh ini Indonesia belum bersikap, apakah akan ikut-ikutan China membalas atau justru mengedepankan pendekatan persuasif dalam merespons kebijakan Trump. Yang jelas, Presiden Prabowo telah berkomunikasi dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, PM Singapura Lawrence Wong hingga Presiden Prancis Immanuel Macron terkait hal itu.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan khusus kepada jajaran kabinetnya dalam menyikapi dinamika global tersebut. Prabowo, kaya Prasetyo, telah meminta pejabat tidak menggunakan opini pribadi.

"Sebagai bagian dari komunitas internasional, Indonesia, meskipun tidak secara langsung [terlibat], pasti terkena dampak dari situasi tersebut. Kewajiban kami sebagai pemimpin harus cermat dalam menyikapinya, guna menjaga agar situasi dalam negeri tetap kondusif," ujarnya saat dikonfirmasi Bisnis, Minggu (6/4/2025).

Presiden Prabowo, lanjut Prasetyo, meminta seluruh pejabat tinggi negara untuk menahan diri dan tidak mengeluarkan komentar atau pendapat pribadi terkait kebijakan tarif Amerika Serikat tersebut. 

Menurutnya, arahan ini dimaksudkan untuk menghindari polemik dan menjaga stabilitas nasional, khususnya di bidang ekonomi. "Bapak Presiden menekankan agar kami semua, menahan diri untuk tidak memberikan komentar ataupun pendapat atas penerapan kebijakan tarif yang dilakukan oleh Amerika Serikat tersebut,” ucapnya. 

Kendati demikian, Prasetyo melanjutkan bahwa orang nomor satu di Indonesia itu tetap membuka ruang bagi pejabat teknis untuk memberikan pernyataan sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya.

“Menko Perekonomian, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Keuangan dipersilakan untuk menyampaikan komentar sesuai porsinya dengan tujuan untuk menjaga stabilitas dan situasi tetap kondusif, utamanya bidang ekonomi dalam negeri,” pungkas Prasetyo.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper