Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, ditangkap pihak berwajib pada Rabu (15/1/2025).
Penangkapan tersebut dilakukan buntut penerapan darurat militer yang diumumkan secara mendadak dan membuat heboh negara.
Yoon, yang akhirnya sepakat untuk dibawa, mengatakan akan mengikuti penyelidikan guna menghindari "pertumpahan darah", yang mengakhiri ketegangan politik selama berminggu-minggu.
"Ketika saya melihat mereka menerobos masuk ke area keamanan menggunakan peralatan pemadam kebakaran hari ini, saya memutuskan untuk menanggapi penyelidikan CIO - meskipun itu adalah penyelidikan ilegal - untuk mencegah pertumpahan darah yang tidak menyenangkan," kata Yoon dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Rabu.
Pendukung Yoon juga mengatakan dengan lantang bahwa penangkapan tersebut ilegal. Sang pengacara mengatakan, tuduhan ilegal didasarkan atas dikeluarkan surat oleh pengadilan di yurisdiksi yang salah dan tim yang dibentuk untuk menyelidikinya tidak memiliki mandat hukum untuk melakukannya.
Melansir BBC, sejumlah orang juga berpendapat bahwa Yoon berencana menggunakan haknya untuk tetap diam selama interogasi CIO.
Baca Juga
Setelah diinterogasi hari ini, Yoon diperkirakan akan ditahan di Pusat Penahanan Seoul di Uiwang, Provinsi Gyeonggi, sekitar 5 kilometer dari kantor CIO.
Namun jika pengadilan tidak mengeluarkan surat perintah penahanan dalam waktu 48 jam setelah penangkapan Yoon, ia akan dibebaskan dan bisa kembali ke kediaman.
Anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa di bawah pimpinan Yoon mengecam penangkapannya sebagai tindakan “ilegal”, kata media lokal.
Anggota PPP termasuk di antara mereka yang berkumpul di luar kediaman Yoon pagi ini untuk menghalangi penyidik mengatakan ia menyesal atas "situasi" yang terjadi.
“Martabat negara kita telah rusak,” kata Ketua Umum PPP Kweon Seong-dong.
Kweon menambahkan bahwa mereka akan meminta pertanggungjawaban penyelidik dan polisi atas cederanya seorang warga yang terluka dalam bentrokan dengan pihak berwenang.