Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil melakukan perlawanan hingga membuat tumbang rezim Presiden Bashar Al-Assad pada Minggu (8/12/2024).
"Kemenangan ini, saudara-saudaraku, bersejarah bagi kawasan ini," kata pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani, atau yang dikenal sebagai Ahmed al-Sharaa, dalam sebuah pidato.
HTS berhasil memukul mundur Presiden Bashar Al-Assad dan menduduki Aleppo hingga titik-titik krusial pemerintahan.
Berikut fakta menarik kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) yang gulingkan rezim Presiden Bashar Al-Assad.
Fakta Menarik Hayat Tahrir Al-Sham (HTS)
1. Dipimpin Abu Mohammed al-Jolani
Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jolani, seorang pemimpin radikal yang moderat.
Baca Juga
Ia membuat perubahan di kelompok yang dipimpinnya agar terlihat tidak ekstrim seperti Al-Qaeda dan ISIS.
Jolani lahir pada tahun 1982 di Mazzeh, sebuah distrik kelas atas di Damaskus. Dirinya bergabung dengan Al-Qaeda di Irak, yang dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi, selama lima tahun.
Pada 2011, ia justru mendirikan organisasi bernama Front al-Nusra yang merupakan cabang Al-Qaeda di Suriah.
Namun pada 2013, ia justru menolak untuk bersumpah setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, yang kemudian menjadi emir kelompok ISIS, dan malah berjanji setia kepada Ayman al-Zawahiri dari Al-Qaeda.
Dua tahun kemudian, ia mengatakan bahwa ia dan organisasinya bukanlah ISIS dan tidak akan pernah menjadi seperti ISIS.
Ia mengatakan bahwa pihaknya tidak berniat melancarkan serangan terhadap negara barat. Tujuan utamanya adalah menggulingkan rezim Bashar Al-Assad.
Kemudian bila Assad dikalahkan, ia berjanji tidak akan ada serangan balas dendam terhadap minoritas Alawi yang merupakan asal muasal klan presiden Assad.
2. Disebut Pecahan Al-Qaeda
HTS yang dipimpin oleh Jolani, disebut sebagai pecahan Al-Qaeda karena dulunya terlibat hubungan yang panjang.
Namun hal ini dibantah oleh Jolani. Ia mengatakan bahwa HTS bukanlah Al-Qaeda.
Meskipun pada awalnya HTS dinamai Front al-Nusra dan masih bergabung dengan Al-Qaeda pada 2011. Namun pada 2016, Jolani memutuskan untuk membubarkan Front al-Nusra karena perbedaan pandangan.
3. Ingin Dirikan Kekhalifahan di Suriah
Tujuan utama HTS berbeda dengan Al-Qaeda dan ISIS yang menyerang negara Barat. Jolani mengaku bahwa kelompoknya hanya ingin menumbangkan rezim Bashar Al-Assad.
Dari situ, ia dan kelompoknya ingin membangun pemerintahan Islam fundamentalis di Suriah, bukan seperti yang dilakukan ISIS.