Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda dari Indonesia, Ini Cara Kerja Pemungutan Suara di Pilpres AS Besok Selasa (5/11)

Cara kerja pemungutan suara di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024 yang dilakukan pada besok, Selasa 5 November 2024.
Layar menampilkan Mantan Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden AS Kamala Harris acara nonton bareng debat Pilpres AS di Cameo Art House Theatre di Fayetteville, North Carolina, AS, Selasa, 10 September 2024./Bloomberg-Allison Joyce
Layar menampilkan Mantan Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden AS Kamala Harris acara nonton bareng debat Pilpres AS di Cameo Art House Theatre di Fayetteville, North Carolina, AS, Selasa, 10 September 2024./Bloomberg-Allison Joyce

Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 akan dilaksanakan pada besok, Selasa (5/11/2024).

Pilpres AS dinilai begitu penting karena dapat mempengaruhi keadaan di dalam maupun di luar negeri.

Saat ini, Pilpres AS menjadi ajang pertempuran bagi dua kandidat kuat yakni Donald Trump vs Kamala Harris.

Donald Trump merupakan mantan presiden AS yang telah menjabat selama 2 periode. Ia berasal dari Partai Republik yang menjadi pesaing Partai Demokrat.

Adapun Partai Demokrat kini memajukan Kamala Harris untuk menggantikan Joe Biden yang memilih mundur sebagai capres.

Lantas bagaimana cara kerja pemungutan suara di Pilpres AS?

Berbeda dengan Indonesia, AS memiliki cara menentukan pemenang bukan dengan suara terbanyak saja. Namun harus memenangkan electoral collage. Apa itu?

Electoral college merupakan hasil kompromi antara pemilihan Presiden melalui pemungutan suara di Kongres dan pemilihan Presiden melalui pemungutan suara dari warga negara yang memenuhi syarat.

Proses electoral college terdiri dari pemilihan para pemilih atau electors, pertemuan para pemilih di mana mereka memilih Presiden dan Wakil Presiden, dan penghitungan suara elektoral oleh Kongres.

Cara Kerja Pemungutan Suara di Pilpres AS

Bukan langsung memilih calon presiden dan calon wakil presidennya, masyarakat AS diminta untuk memilih orang-orang yang akan duduk dalam electoral college.

Electoral College atau Lembaga pemilih nantinya memiliki tugas utama untuk memilih presiden dan wakil presiden.

Adapun anggota electoral college dicalonkan oleh partai politik di tingkat negara bagian. Saat pemilihan berlangsung, masyarakat diminta untuk memilih electoral college untuk memberikan suara terhadap calon presiden.

Melansir BBC, calon presiden harus mendapat 270 atau lebih suara dari total 538 anggota electoral college.

California merupakan negara bagian dengan perwakilan electoral college terbanyak, yaitu 55 orang. Negara bagian yang jumlah penduduknya sedikit, seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota, termasuk Washington DC, diwakilkan oleh minimal tiga orang.

Umumnya, setiap anggota electoral college akan memilih kepada calon presiden yang mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan umum di negara bagian.

Contohnya yakni seorang kandidat dari Partai Republik memenangkan 50,1% suara di Texas, dia akan mendapat seluruh suara dari anggota electoral college dari negara bagian itu, yang berjumlah 40 orang.

Hanya negara bagian Maine dan Nebraska yang membagi suara electoral college berdasarkan proporsi suara yang diterima masing-masing calon presiden.

Hal ini menjadi alasan para calon presiden AS fokus memenangkan negara bagian yang tidak menyerahkan seluruh suara untuk kandidat yang paling banyak dipilih. Negara bagian tersebut dikenal dengan istilah 'swing state'. Memenangkan sebanyak mungkin suara dari setiap negara bagian bukan strategi yang biasa dilakukan pada Pilpres AS.

Suara Banyak Belum Tentu Menang

Dengan electoral college, suara terbanyak dalam pemilihan ini belum tentu ditetapkan sebagai pemenang Pilpres.

Pasalnya kandidat bisa meraih 270 suara electoral college meski tidak unggul dalam pemungutan suara secara total.

Contohnya pada 2016, Donal Trump mendapat tiga juta suara lebih sedikit dibandingkan pesaingnya, Hillary Clinton.

Namun Trump mendapatkan suara terbanyak di electoral college sehingga ia bisa terpilih sebagai presiden. Saat itu ia mendapat 304 suara lebih banyak ketimbang Clinton yang hanya mengantongi 227 electoral college.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper