Bisnis.com, JAKARTA — Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khameini menegaskan bahwa Iran dan sekutu regionalnya tidak akan mundur, dua hari setelah Teheran menembakkan rudal ke Israel, yang mengirim pasukan darat ke Lebanon minggu ini.
"Perlawanan di wilayah tersebut tidak akan mundur bahkan dengan terbunuhnya para pemimpinnya," kata Khamenei saat memimpin salat Jumat di Teheran, dilansir Reuters, Sabtu (5/10/2024).
Sementara itu, Israel mengatakan telah menargetkan markas intelijen Hizbullah di Lebanon setelah serangkaian serangan terhadap tokoh-tokoh senior dalam kelompok itu.
Serangan udara di Beirut, bagian dari serangan besar yang telah mengusir lebih dari 1,2 juta warga Lebanon dari rumah mereka, dilaporkan telah menargetkan Hashem Safieddine, calon penerus pemimpin Hizbullah selanjutnya.
Nasib Hashem Safieddine tidak jelas dan baik Israel maupun Hizbullah tidak memberikan komentar apa pun.
Militer Israel mengatakan operasi daratnya berada di desa-desa dekat perbatasan, tetapi belum menyebutkan seberapa jauh pasukan daratnya akan maju ke Lebanon atau berapa lama operasi tersebut akan berlangsung.
Baca Juga
Serangan rudal Iran sebagian merupakan balasan atas pembunuhan Israel terhadap sekretaris jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, seorang tokoh dominan yang telah mengubah kelompok tersebut menjadi kekuatan bersenjata dan politik yang kuat dengan jangkauan di seluruh Timur Tengah.
Israel telah berjanji untuk mengirim balasan dan harga minyak telah naik karena kemungkinan serangan terhadap fasilitas minyak Iran saat Israel berambisi memukul mundur militan Hizbullah di Lebanon dan melenyapkan Hamas di Gaza.
Ayatollah Khameini juga menyebut Nasrallah dalam pidatonya dan mengatakan serangan Iran terhadap Israel adalah sah. Di mengatakan Iran tidak akan menunda-nunda atau bertindak tergesa-gesa untuk melaksanakan tugasnya dalam menghadapi Israel.
Kantor berita semi-resmi Iran SNN mengutip pernyataan wakil komandan Garda Revolusi Ali Fadavi bahwa jika Israel menyerang, Teheran pada gilirannya akan menargetkan instalasi energi dan gas Israel.
Reporter Axios Barak Ravid mengutip tiga pejabat Israel yang mengatakan bahwa pejabat Hizbullah Safieddine, yang dikabarkan sebagai penerus Nasrallah, telah menjadi sasaran di bunker bawah tanah di Beirut semalam, tetapi nasibnya tidak jelas.
Letnan Kolonel Israel Nadav Shoshani mengatakan bahwa militer masih menilai kerusakan yang disebabkan oleh serangan udara di Beirut selatan pada Kamis malam, yang katanya menargetkan markas intelijen Hizbullah.
Sebelumnya militer Israel melaporkan bahwa mereka telah membunuh kepala jaringan komunikasi Hizbullah, Mohammad Rashid Sakafi. Pihaknya menolak mengomentari laporan bahwa Safieddine menjadi sasaran.
Khamenei mengatakan pembunuhan hanya akan memicu lebih banyak serangan.
Sementara itu, di benteng Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, banyak bangunan telah hancur menjadi puing-puing akibat serangan intensif selama seminggu di daerah tersebut.
Di sepanjang jalan pasar utama, yang dikenal sebagai Moawad Souk, hampir semua etalase toko telah rusak dan jalan tersebut dipenuhi pecahan kaca.
"Kami masih hidup tetapi tidak tahu berapa lama," kata Nouhad Chaib, seorang pria berusia 40 tahun yang telah mengungsi dari selatan.
Serangan Israel semakin menargetkan fasilitas medis dan pekerja bantuan. Serangan pada Rabu malam menghantam sebuah gedung di pusat kota Beirut yang digunakan oleh pekerja penyelamat yang berafiliasi dengan Hizbullah, menewaskan sembilan orang.
Pada Jumat (4/10/2024), serangan Israel di pinggiran selatan Beirut menewaskan seorang penyelamat dari unit yang sama dan serangan lainnya di kota Marjayoun di Lebanon selatan yang menghantam dekat rumah sakit utamanya. Staf medis telah memutuskan untuk mengungsi sementara, direktur rumah sakit Mounes Klakesh mengatakan kepada Reuters.
Israel menuduh militan bersembunyi di antara warga sipil, yang dibantah Hizbullah.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, yang sedang mengunjungi Beirut, mengatakan kehadirannya di kota itu pada hari Jumat dalam keadaan sulit ini adalah bukti terbaik bahwa Iran mendukung Lebanon dan Hizbullah.
Ia bertemu dengan pejabat tinggi Lebanon, termasuk Perdana Menteri sementara Najib Mikati dan juru bicara parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah. Araqchi mengatakan Teheran mendukung upaya gencatan senjata di Lebanon dengan syarat didukung oleh Hizbullah dan bersamaan dengan gencatan senjata di Jalur Gaza.