Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menilai masih banyak masyarakat memilih-milih merek vaksin hingga berdampak penumpukan beberapa merek vaksin di gudang penyimpanan UPTD Farmasi.
"Itu makanya kenapa ada salah satu merek vaksin yang hampir kedaluwarsa karena masyarakat pilih-pilih merek, terutama saat vaksinasi booster," kata Wakil Juru Bicara Satgas COVID-19 Kabupaten Bekasi Masrikoh di Cikarang, Rabu (27/7/2022).
Seperti vaksin merek Sinovac yang menumpuk di gudang penyimpanan dengan masa kedaluwarsa akhir pekan ini, padahal vaksin merek tersebut juga dapat digunakan untuk vaksinasi dosis penguat.
"Awalnya Sinovac tidak boleh buat booster, khusus untuk dosis satu dan dua saja. Itu juga jadi salah satu faktor sampai menumpuk di gudang penyimpanan. Tapi sekarang sudah boleh buat booster," ucapnya.
Menurut dia, persentase tingkat efikasi menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat lebih cenderung memilih jenis vaksin merek lain seperti Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca.
Rendahnya animo masyarakat untuk kembali menjalani vaksinasi Covid-19 dosis kedua dan dosis penguat antibodi juga turut berpengaruh pada ketersediaan vaksin merek Sinovac yang banyak menumpuk di gudang penyimpanan hingga nyaris kedaluwarsa.
Masrikoh menyebut, hingga Selasa (26/7/2022), masyarakat penerima vaksinasi Covid-19 dosis kedua di Kabupaten Bekasi baru mencapai 1.928.054 jiwa atau 70,67 persen dari sasaran vaksinasi yakni sebanyak 2.728.276 jiwa.
Sedangkan vaksinasi dosis penguat antibodi juga baru menjangkau sebanyak 851.032 jiwa atau setara 40,12 persen dari total target sasaran vaksinasi Covid-19 di daerah itu.
"Awalnya kami khawatir kekurangan untuk dosis kedua, karena jumlah vaksin dosis kedua yang kami terima harus sama dengan dosis pertama," kata dia.