Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan dinilai menjadi tujuan bisnis yang potensial. Sayangnya masih banyak stereotip yang memandang sebelah mata negara ini.
Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Merangkap Botswana, Eswatini, dan Lesotho Salman Al Farisi mengatakan Afrika adalah pasar yang menjanjikan untuk dijelajahi dalam rangka memperluas ekonomi. Dengan populasi sebanyak 1,2 miliar manusia, Afrika dinilai menjadi pasar yang sangat besar.
“Afrika bukan semata-mata pasar ekspor kita, tetapi juga bisa menjadi sasaran investasi paling tidak untuk processing manufacture produk tahap akhir untuk diekpsor ke negara lain,” kata Salman dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Airlangga, Kamis (3/9/2020).
Afrika memiliki cukup banyak sumber daya alam, di antaranya adalah Botswana yang menjadi salah satu negara penghasil berlian. Afrika Selatan juga merupakan penghasil bijih besi, di mana Indonesia menjadi importirnya.
Selain itu, Afrika Selatan memiliki sejarah teknologi tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk transfer teknologi, termasuk di bidang pertahanan.
Sejumlah perusahaan otomotif di Jepang dan Korea Selatan di Afrika Selatan membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun industri global supply chain, termasuk untuk komponen seperti spare part.
Baca Juga
Namun, total perdagangan RI - Afrika Selatan masih di bawah potensi yang dimiliki. Pada 2018, total perdagangan kedua negara mencapai US$1,7 miliar. Adapun pada 2019 menjadi US$1,4 miliar. Pada 2020 ekspektasinya lebih rendah lantaran Covid-19.
“Sejak 2019 kita mengalami defisit neraca perdagangan karena daya beli mereka rendah, impor kita relatif stabil, tetapi impor kita lebih banyak bahan modal seperti bijih besi,” tuturnya .
Fasilitas perdagangan dengan Afrika akan segera terwujud dalam African Continental Free Trade Agreement, sebuah perjanjian dagang untuk seluruh negara Afrika. Adapun jaringan ke pasar internasional pun sudah sangat besar karena Afrika telah memiliki fasilitas perdagangan seperti bebas bea masuk dengan Eropa dan Amerika.
“Pemerintahan di Afrika Selatan juga relatif stabil. Afrika Selatan termasuk memiliki sistem konstitusi yang sangat bagus dan termasuk yang terbaik di dunia. Jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat memberi fasilitas logistik yang lebih baik di kawasan,” ujarnya.
Sayangnya, banyak orang yang memiliki stereotip buruk soal Afrika sebagai negara konflik dan negara terbelakang. Hal ini seperti yang ada di dalam pikirkan Lenywati.
Sebelum menginjakkan kaki ke Afrika, Lenywati beranggapan bahwa Afrika adalah negara yang kurang aman lantaran banyak terjadi kejahatan. Namun, setelah menginjakkan kaki ke Afrika dan merintis bisnis kecantikan di sana, dia melihat sesuatu yang berbeda.
“Tidak boleh putus asa dengan semua image negatif. Setelah melihat banyak negara Afrika memiliki potensi bagus, seperti Afrika barat, tengah dan selatan adalah tujuan yang bagus,” ujarnya.
Awalnya dia adalah pengusaha yang menjual produk multi level marketing (MLM) dari China ke Cameroon pada 2009. Namun, melihat animo yang besar warga Afrika, dia akhirnya beralih menyediakan produk asli Indonesia.
Dia membuka gerai spa pertama di Lagos. Hingga saat ini, dia telah memiliki 12 gerai spa di Eswatini dan di beberapa negara lainnya.