Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUBES RI UNTUK UZBEKISTAN & KIRGIZTAN SUNARYO KARTADINATA : "Ubah Orientasi Pasar"

Presiden Soekarno pernah menggambarkan hubungan Indonesia-Uzbekistan sebagai persahabatan yang jauh di mata, dekat di hati.
Direktur Utama Sahid Hotel & Resorts Hariyadi Sukamdani (ketiga kiri) bersama Wakil Dirut  Exacty Sryantoro Sukamdani (dari kiri), Presiden Komisaris Wiryanti Sukamdani, Presdir Royal Palace Samarkand Sadhullokhon Mavlyludov, Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia Ulugbek Rozukulov, dan Direktur Temur Khan, memperlihatkan naskah kerja sama, di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur Utama Sahid Hotel & Resorts Hariyadi Sukamdani (ketiga kiri) bersama Wakil Dirut Exacty Sryantoro Sukamdani (dari kiri), Presiden Komisaris Wiryanti Sukamdani, Presdir Royal Palace Samarkand Sadhullokhon Mavlyludov, Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia Ulugbek Rozukulov, dan Direktur Temur Khan, memperlihatkan naskah kerja sama, di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bagaimana strategi meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi?

Strategi yang dijalankan oleh KBRI Tashkent untuk peningkatan kerja sama di bidang perekonomian adalah melalui penetrasi pasar Uzbekistan dan Kirgizstan secara maksimal melalui promosi dan partisipasi yang intensif dengan menggunakan berbagai sarana yang ada.

Fokus untuk 2019—2020, kami ingin memasukkan lagi produk unggulan Indonesia, seperti obat-obatan, produk olahan ikan, dan buah tropis ke pasar Uzbekistan dan Kirgistan. Namun, tidak menutup untuk produk unggulan Indonesia lainnya.

Adakah kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan kerja sama ekonomi?

Di bidang ekonomi, letak geografis yang berjauhan, landlocked countries, bahkan double land locked, dan akses transportasi terbatas berakibat pada tingginya biaya transportasi logistik dan harus melalui negara ketiga. Penerbangan langsung tidak semulus yang diharapkan dan tidak siap melayani angkutan kargo.

Untuk Kirgistan, belum memiliki penerbangan langsung dan pengaturan kerja sama logistik yang mendukung perdagangan langsung. Kondisi seperti ini kurang menarik pelaku usaha dalam negeri untuk ekspansi ke Uzbekistan dan Kirgistan.

Selain itu, minat bisnis pelaku usaha Indonesia yang masih berorientasi ke pasar tradisional, khususnya Eropa dan Amerika, dan tingkat pemahaman masyarakat dan pelaku usaha kedua negara akan potensi yang dimiliki masih terbatas.

Kerja sama yang diperlukan oleh Uzbekistan adalah penanaman modal asing di sektor-sektor usaha, sedangkan sampai sekarang belum ada perusahaan Indonesia yang berminat untuk berinvestasi di Uzbekistan.

Untuk produk strategis, utamanya pertahanan dan transportasi, masih belum berkembang. Indonesia belum punya kerja sama pertahanan dan keamanan dengan Uzbekistan dan Kirgistan dan transportasi darat, seperti kereta api, masih tetap menggunakan infrastruktur yang dibangun pada zaman Uni Soviet yang dinilai tidak kompatibel dengan produk Indonesia.

Bagaimana strategi untuk mengatasi kendala tersebut?

Upaya yang terus dilakukan adalah mengalihkan fokus perdagangan kepada produk unggulan lokal Indonesia, seperti kopi, buah tropis, produk laut, produk turunan kelapa sawit, dan makanan ringan.

Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, diperlukan komunikasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan dari pihak pemerintah Uzbekistan dan Kirgistan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper