Bisnis.com, JAKARTA — Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA per 25 Februari 2019 ternyata pengetahuan pemilih Indonesia terkait Pemilu Serentak 2019 masih minim.
Peneliti LSI Ikrama Masloman dalam acara diskusi di kantor LSI, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa (19/3/2019), menjelaskan bahwa kalangan pemilih yang tidak terinformasi ternyata masih cukup besar.
Hal ini tercermin dari tingkat pengenalan pelaksanaan Pilpres 2019. Baru 65,2 persen yang mengaku mengetahui jadwal pemungutan suara Pemilu Serentak 2019. Sedangkan sebanyak 29,5 persen reponden masih belum tahu.
"Tapi, ketika yang mengklaim tahu [jadwal Pilpres 2019] tadi ditanyai lebih spesifik tanggal dan bulan pelaksanaannya, ternyata masih ada yang salah. Ini mencerminkan pemilih kita masih kurang well educated," ungkap Ikrama.
Hal ini tercermin dari persentase jawaban atas basis suara yang mengklaim tahu, yang menyebut '17 April' atau menjawab dengan benar, hanya 75,8 persen, sedangkan yang masih salah 24,2 persen.
"Artinya apabila digabungkan, responden yang tahu dan dapat menyebutkan tanggal pelaksanaan Pilpres dengan benar hanya 49,4 persen [dari total suara responden]," tambah Ikrama.
Baca Juga
Ikrama melanjutkan, kurangnya edukasi rawan menjadi penyebab golput terbesar dari kantong-kantong suara yang diteliti LSI. Yaitu, untuk kategori pemilih wong cilik, pemilih milenial, dan pemilih emak-emak.
Sedangkan, untuk kategori pemilih minoritas, alasan golput teknis seperti berlibur, bepergian untuk ibadah, dan merasa tidak aman saat hari pemilihan menjadi faktor terbesar.
Sementara untuk kategori kalangan terpelajar, golput disebabkan faktor ideologis, seperti apatisme politik dan protes politik.