Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepala BNPB Ajak Semua Komponen Kurangi Risiko Bencana

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengajak tokoh-tokoh masyarakat dan agama untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan pengurangan risiko bencana.
Ilustrasi
Ilustrasi
 
Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengajak tokoh-tokoh masyarakat dan agama untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan pengurangan risiko bencana.
 
Doni mengatakan bahwa dengan pelibatan semua komponen, semua masyarakat dapat mengetahui dan semakin menyadari untuk mengurangi risiko bencana. 
 
“Jadi harus ada sebuah kepedulian tidak hanya pada tingkat pemerintah provinsi kabupaten, kota tetapi sampai dengan tingkat desa. Kita berharap kepala-kepala desa, kepala kampung, lurah memiliki pengetahuan risiko bencana saat ini,” ujar Doni melalui rilis, Jumat (11/1/2019).
 
Doni melakukan kunjungan ke Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Jawa Barat. Daerah dilanda bencana longsor pada 31 Desember 2018. Dia mencontohkan beberapa tokoh setempat tidak mengetahui bahwa di kawasan selatan Sukabumi merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.
 
“Seluruh tokoh masyarakat, terutama ulama, seminggu sekali saat khotbah atau pengajian, mengingat mayoritas masyarakat Jawa Barat ini beragama Islam, untuk menyisipkan 2 - 3 menit, perhatian kepada alam. Kita peduli alam, alam merawat kita," katanya. 
 
Dia menambahkan BNPB akan bangun emosi masyarakat agar setiap saat mereka memiliki kepedulian.
 
Misalnya, pada musim hujan, kewaspadaan masyarakat akan banjir dan tanah longsor. Kemudian menjelang musim kemarau, dengan kebakaran hutan. 
 
Selain itu, bberapa tempat yang telah diberikan analisis oleh sejumlah pakar, juga harus dapat diantisipasi serta masyarakat  bisa lebih siap. 
 
“Pencegahan jauh lebih murah dan mudah daripada saat melakukan penanganan,” kata Doni Monardo yang didampingi oleh Kepala BMKG dan PVMBG, serta pejabat kementerian/lembaga di Desa Sirnaresmi.
 
Pada saat meninjau desa yang tertimpa longsor itu, Doni menilai masyarakat yang tinggal di wilayah dengan  kemiringan 30 derajat tersebut perlu memperhatikan tanaman yang ditanam. Warga setempat banyak menanam tanaman sayuran dan padi.
 
Bersamaan dengan kunjungan itu, Doni dan para komunitas menanam 10.000 bibit vetifer untuk jangka pendek, yang bisa membantu untuk mengurangi risiko bencana. Selain 10.000 bibit tersebut, BNPB juga menanam 2.500 bibit pohon campuran, seperti tanaman buah dan tanaman keras yang endemik di Jawa Barat. 
 
Penanaman ini sebagai contoh konkret kepedulian terhadap alam sekitar dengan harapan banyak masyarakat sadar. 
 
"Karena tidak diberikan sebuah pemahaman maka risiko terjadi bencana akan semakin banyak," ujarnya. 
 
Doni menekankan pihaknya untuk lebih giat, ulet dan masif untuk mengajak semua komponen dalam pengurangan risiko bencana. 
 
Sehubungan dengan penunjukkan sebagai Kepala BNPB, Doni mendapatkan perintah dari Presiden Joko Widodo untuk melakukan penanggulangan bencana secara terintegrasi.
 
BNPB juga mengajak beberapa lembaga untuk menekankan pada informasi yang diberikan oleh para pakar, seperti di bidang vulkanologi, geologi, seismik, dan tsunami.
 
“Para pakar inilah yang harus kita ikuti. Pakar ini ibaratnya sebuah tim intelijen jadi ketika menghadapi ancaman, informasi intelijen itu sangat penting. Program-program yang berhubungan dengan masyarakat berorientasi pada informasi dari para pakar. Kalau kita tidak mengikuti hasil riset dan temuan mereka yang semakin akurat maka kita akan salah," jelasnya. 
 
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa puncak musim hujan di wilayah Jawa Barat masih berlangsung hingga akhir Januari hingga Maret. 
 
Pihaknya akan selalu memberikan informasi perkembangan yang penting, misalnya dengan potensi cuaca ekstrim. Dwikorita menyampaikan bahwa sangat penting untuk mengantisipasi bahaya di musim hujan ini, khususnya di wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG dan PVMBG bersinergi untuk memberikan peringatan dini.
 
“Kami memberikan peringatan dini 3 – 6 hari sebelum terjadi cuaca ekstrim sehingga peringatan dini segera kami kirimkan ke BPBD setempat agar mengkondisikan warga dalam 3 – 6 hari tersebut," katanya. 
 
Jawa Barat merupakan kawasan yang memiliki gerakan tanah yang tinggi. Seperti Sirnaresmi, desa ini termasuk kawasan bertebing, bertanah gembur dan pemanfaatan tanah oleh warga yang kurang sesuai. 
 
Faktor-faktor tersebut dapat memicu terjadinya longsor. Akibat longsor di desa itu, 32 jiwa meninggal dunia dan 29 rumah tertimbun, sedangkan luas area terdampak mencapai 10,6 hektar. Longsor tersebut dipicu oleh curah hujan yang tinggi dan tanah yang labil.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper