Bisnis.com, DAMASKUS - Gencatan senjata di Lembah Barada, yang dikuasai gerilyawan, telah berakhir pada Ahad, saat operasi militer dilanjutkan setelah gerilyawan menggagalkan perundingan guna meredam ketegangan di daerah yang kaya akan air itu.
Gencatan senjata tersebut, yang ditetapkan pada Kamis (5/1), kata satu sumber militer kepada Xinhua, berakhir setelah kegagalan pembicaraan itu; Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida-- melepaskan tembakan untuk hari kedua, ke pekerja pemeliharaan pemerintah. Para pekerja tersebut sedang bersiap memasuki lembah itu untuk memperbaiki pompa air untuk mengalirkan air ke Ibu Kota Suriah, Damaskus.
Gencatan senjata yang gagal tersebut bertujuan memberi ketenangan dalam pertempuran guna memungkinkan perunding menuntaskan saling pengertian untuk meredam situasi yang meledak-ledak di daerah itu.
Kondisi tersebut muncul saat pertempuran telah berkecamuk selama dua pekan belakangan antara pasukan pemerintah dan gerilyawan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad malam. Pemerintah menuduh gerilyawan memutus pasokan air ke Damaskus, sebab lembah itu memiliki mata air Ain Al-Fijah, sumber utama air yang memasok air minum untuk lebih dari lima juta warga di Ibu Kota Suriah.
Berbagai upaya sebelumnya untuk mewujudkan gencatan senjata dan saling pengertian antara gerilyawan dan pemerintah telah gagal, kondisi yang mengakibatkan serangan besar militer oleh Angkatan Darat Suriah, yang didukung oleh kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah, ke daerah tersebut. Sementara itu pemerintah membalas dengan memutus pasokan air ke Damaskus.
Saat para perunding berada di dalam lembah tersebut pada Sabtu pagi (7/1), pekerja pemeliharaan pemerintah bersiap di Kota KeciL Deir Qanun, yang berada sekitar lima kilometer dari Lembah Barada, untuk mulai memperbaiki mata air di Ain Al-Fijah --yang rusak akibat operasi militer di dekat daerah itu.
Pada Sabtu malam, stasiun televisi negara mengatakan pekerja pemeliharaan tak bisa memasuki daerah tersebut, sebab mereka menjadi sasaran penembak gelap gerilyawan di daerah itu, kondisi yang menunda masuknya para pekejar ke Ain Al-Fijah.
Beberapa kelompok pegiat menyatakan gerilyawan "akan mengizinkan pekerja memasuki Lembaga Barada pada Ahad", tapi janji itu tak terbukti dengan ditembakinya para pekerja.
Lembah Barada tak dipandang oleh pemerintah sebagai bagian dari gencatan senjata yang ditaja Turki-Rusia, yang berlaku pada 30 Desember, sebab sebagian besar daerah tersebut dikuasai oleh Front An-Nusra, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teroris, sehingga tidak termasuk dalam setiap penyelesaian di Suriah.
Namun petempur Front An-Nusra di sana memutus pasokan air ke Damaskus sejak 22 Desember, sehingga warga sangat kekurangan air, di tengah laporan baru-baru ini bahwa kasus keracunan air mulai mencuat saat warga memilih untuk menggunakan air yang tidak bersih.
Gencatan Senjata di Suriah Berakhir, Operasi Militer Berlanjut
Gencatan senjata di Lembah Barada, yang dikuasai gerilyawan, telah berakhir pada Ahad, saat operasi militer dilanjutkan setelah gerilyawan menggagalkan perundingan guna meredam ketegangan di daerah yang kaya akan air itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
9 jam yang lalu
Setelah GJTL, Giliran Saham ABMM Diborong Lo Kheng Hong
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
2 menit yang lalu
Gempa 5,1 SR Guncang Melonguane, Sulawesi Utara
5 jam yang lalu
Budi Arie Ternyata Diperiksa terkait Kasus Korupsi Judi Online
7 jam yang lalu