Bisnis.com, SEATTLE - Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan, Kamis (Jumat WIB), pihaknya akan mengizinkan lebih banyak riset terkait mariyuana, demikian ungkap sumber yang terlibat dalam isu tersebut belum lama ini.
Akan tetapi pemerintah telah menolak memberi keringanan bagi mariyuana sebagai bahan berbahaya atau obat dengan tingkat candu tinggi tanpa kegunaan medis, tambahnya.
Keputusan itu merupakan respon Badan Pengawasan Narkoba (DEA) terhadap petisi dua mantan gubernur negara bagian pada 2011 yang mendesak lembaga federal untuk menempatkan mariyuana sebagai obat dengan kegunaan medis, ujar dua sumber, Rabu.
Namun, keduanya memilih untuk tetap anonim karena merasa tak berhak membahas persoalan tersebut depan publik.
Terkait itu, DEA menolak berkomentar.
Meski sebelumnya pada Rabu, badan tersebut telah mengirimkan surat elektronik ke beberapa pihak yang menunjukkan ketertarikanya terhadap isu itu.
Pihak tersebut mengatakan akan "membuat pengumuman penting terkait mariyuana pada Kamis.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) belum bersedia memberi keterangan.
Selama beberapa dasawarsa, mariyuana dikategorisasi sebagai "Daftar I", obat "tanpa kegunaan medis dan berpotensi tinggi disalahgunakan," layaknya heroin.
Pemerintah berulang kali menolak usulan untuk mempertimbangkan kembali klasifikasi mariyuana dalam beberapa tahun terakhir.
Pelonggaran terhadap kategori itu dapat medorong kajian ilmiah teradap mariyuana yang tengah digunakan sebagai penyembuh penyakit di beberapa negara bagian Amerika Serikat terlepas masih sedikit bukti atas kemanjurannya.
Sebanyak 25 negara bagian memberi sanksi bagi beberapa jenis mariyuana untuk keperluan medis.
Empat negara bagian, yaitu Alaska, Washington, Oregon, Colorado, dan Distrik Kolumbia memilih opsi lain, mengizinkan penggunaan mariyuana untuk rekreasi bagi orang dewasa.
Kalifornia beserta delapan negara bagian lain telah mengusulkan draf legalisasi mariyuana untuk keperluan rekreasi dan medis dalam sidang 2016.
Mariyuana dapat diklasifikasi ulang melalui kongres di parlemen atau petisi formal yang melibatkan evaluasi medis serta ilmiah dari FDA dan DEA.
DEA hanya mengizinkan mariyuana dijadikan objek riset di kebun Universitas Mississippi. Kegiatan penelitian pun diawasi oleh Institut Penyalahgunaan Obat Nasional.
Pembela kannabis - kandungan mariyuana - lama mendebat polemik tersebut. Undang-Undang Obat yang Dikontrol menyebut mariyuana sebagai "obat paling berbahaya". Namun pihak itu beranggapan, label tersebut jutru membatasi akses terhadap riset.
Beberapa sumber mengatakan pemerintah federal akan membuka jalan untuk meningkatkan jumlah riset terkait, Kamis.
Nantinya, mariyuana dimungkinkan datang dari luar Universitas Mississippi.
"Ini adalah hari yang baik bagi kemajuan ilmu pengetahuan," ujar Kevin Sabet, presiden gerakan Pendekatan Pintar untuk Mariyuana, kelompok yang menolak legalisasi.
"Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah federal menghendaki adanya riset yang sah, tanpa harus melegalisasi mariyuana".
AS Ijinkan Riset Terkait Mariyuana
Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan, Kamis (11/8/2016) atau Jumat (12/8/2016) WIB pihaknya akan mengizinkan lebih banyak riset terkait mariyuana, demikian ungkap sumber yang terlibat dalam isu tersebut belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Bank BJB (BJBR) Bicara Dividen dan Strategi Anorganik
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
16 menit yang lalu
Harta Kekayaan Djoko Poerwanto, Digadang-gadang jadi Kapolda Termiskin
4 jam yang lalu
Kala Prabowo Ingin Maafkan Koruptor demi Asset Recovery
9 jam yang lalu
Respons BI soal Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar
10 jam yang lalu