Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Kota Bandung meminta bantuan APBN untuk pembiayaan satu koridor monorel yang membutuhkan investasi sekitar Rp4 triliun-Rp5 triliun.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku telah membicarakan kebutuhan pembiayaan monorel tersebut dengan Komisi V DPR-RI. "Komisi V sudah positif. Menurut mereka dengan ditariknya subsidi BBM, ada keleluasaan fiskal sampai Rp250 triliun. Masa Bandung minta Rp5 triliun tidak dikasih," ujarnya di Balai Kota Bandung, Kamis (22/1/2015).
Ridwan Kamil akan memilih metode pembiayaan yang paling cepat antara swasta atau APBN, karena proyek transportasi tersebut sangat dinantikan masyarakat Bandung. "Kami tidak ingin masyarakat menunggu lama, sehingga opsi pembiayaan dari investor swasta juga tetap dibuka," ujarnya.
Menurut dia, Pemkot Bandung bisa saja memilih sumber pembiayaan dari swasta sekaligus APBN. Dengan demikian bisa langsung mengerjakan dua koridor, satu koridor dengan lelang, satu lagi dengan APBN. "Kalau menggunakan dana APBN, pembangunannya akan dimulai awal 2016. Desainnya harus saya selesaikan semester ini," tegasnya.
Pembangunan monorel Kota Bandung merupakan inisiatif Pemkot Bandung sehingga proses kajian perencanaan hingga realisasi pembangunannya langsung oleh Kota Bandung, termasuk penawaran pada investor, dan proyeknya terpisah dari proyek monorel Bandung Raya yang merupakan inisiatif dari Pemprov Jabar.
Akan tetapi, proyek tersebut merupakan sarana transportasi yang akan mengintegrasikan beberapa kota di Bandung Raya, mulai dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, hingga Kabupaten Sumedang dan Subang.
Dihubungi terpisah, salah satu investor yang akan terlibat dalam proyek pembangunan monorel Bandung Raya, Penghegar Group, mengaku masih terus melakukan kajian terhadap kebutuhan pembiayaan monorel tersebut.
Cecep Rukmana, CEO Panghegar Goup mengungkapkan apabila proyek monorel Bandung Raya menggunakan teknologi dari China, diperkirakan akan membutuhkan pembiayaan sekitar Rp30 triliun untuk koridor di luar Kota Bandung.
"Kami masih terus melakukan kajian dan akan menggunakan produk yang paling feasible untuk kebutuhan monorel di Bandung Raya," tegasnya.
Sebelumnya, Asisten Daerah Administrasi Setda Jabar sekaligus Penanggung Jawab Proyek Monorel Bandung Raya Iwa Karniwa memastikan rencana pembangunan sudah sistematis dan terstruktur agar nasibnya tidak seperti di Jakarta.
Menurutnya, monorel menjadi salah satu moda transportasi akan terintegrasi dengan seluruh moda yang lain, mulai dari perumahan ke shelter sampai stasiun, ada pengaturan pergerakan manusia yang seluruhnya terpola.
"Monorel juga indikator negara maju. Oleh karena itu, teknologi monorel yang akan digunakan akan lebih canggih dari Malaysia. Sistem transportasi Bandung Raya nanti bisa seperti Hong Kong, ini bisa diwujudkan kalau semua pihak serius," katanya.
Proyek monorel untuk trase I Leuwi Panjang-Gedebage-Jatinangor-Tanjung Sari ditargetkan selesai Desember 2017. Untuk trase selanjutnya akan ada feasibility study lagi dari pihak LAPI ITB dan konsultan asing di bidang perkeretaapian.
Pihaknya meminimalisasi pengadaan tanah dengan menggunakan median jalan nasional dan provinsi, sehingga pemerintah pusat diharapkan memberikan dukungannya. (k57)