Bisnis.com, DENPASAR — Nilai ekspor produk dari Bali sepanjang Januari-September 2014 tercatat tumbuh tipis 1,32% menjadi US$399,05 juta dari periode sama sebelumnya US$393,84 juta, akibat melambatnya pertumbuhan ekspor ke beberapa negara tujuan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali Ni Wayan Kusumawathi menuturkan kendati tumbuh tipis, tetapi dia optimis nilai ekspor akan mencapai target yang dicanangkan tumbuh 2,5%.
“Tiga bulan biasanya ada pertumbuhan terutama produk-produk kerajinan ke beberapa negara tertentu, jauh meningkat dibandingkan awal tahun,” tuturnya, Selasa (11/11/2014).
Berdasarkan data Disperindag Bali, ekspor Bali ditopang oleh produk kerajinan seperti alat musik, anyaman, kayu, kulit hingga perak yang berkontribusi terbesar dari total ekspor yakni US$166,96 juta meningkat 12,85% dibandingkan periode sama tahun lalu US$147,94 juta.
Komoditas penyumbang ekspor terbesar lainnya adalah produk industri seperti ikan kaleng dan tekstil senilai US$128,15 juta, serta hasil perikanan mencapai US$85,64 juta,
Menurut Kusumawathi, kendati masih dibawah target, tetapi nilai ekspor berada dalam jalur yang diperkirakan oleh Disperindag. Capaian hingga akhir September sudah diprediksi, dan akan kembali meningkat menjelang akhir tahun.
Guna meningkatkan ekspor Bali ke depannya lebih besar, Disperindag Bali mendorong eksportir memperluas cakupan negara tujuan ekspor. Salah satu potensi besar yang dapat dimanfaatkan adalah negara di Asia Tenggara yang memiliki jumlah penduduk cukup besar serta secara budaya mirip.
"Pangsa pasar Asia Tenggara sangat besar, jika berhasil mengggarap pasar ini saja tentu ekspor Bali akan kembali ke titik tertinggi,” jelasnya.
Sementara itu berdasarkan data BPS Bali, tipisnya pertumbuhan nilai ekspor dari pulau ini diakibatkan oleh menurunnya ekspor ke negara seperti seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan Belanda. Diprediksi belum stabilnya perekonomian di kawasan tersebut menyebabkan permintaan barang ke negara itu masih lesu.
BPS mencatat, pasar ekspor Bali adalah Amerika Serikat 22% dari total ekspor, Jepang 12%, Singapura 9%, Australia 8%, Hong Kong 4%, dan sisanya negara-negara Eropa serta Asia Tenggara.
Kepala BPS Bali Panusunan Siregar mengusulkan sebuah cara agar ekspor lebih besar, yakni dengan membangun pelabuhan peti kemas berkapasitas lebih besar. Pasalnya, selama ini ekspor langsung dari Pelabuhan Benoa, Denpasar hanya 50% total ekspor, sedangkan sisanya lebih banyak melalui Surabaya, Semarang, dan DKI Jakarta.
"Berapa banyak yang dapat diserap kalau kapasitas Pelabuhan Benoa untuk ekspor diperbesar, karena barang-barang akan langsung dikirimkan dari sini tidak perlu ke pelabuhan di luar dulu," jelasnya.