Bisnis.com, PADANG - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Padang memprioritaskan pembinaan kepada petani cabai dan peternak sapi di daerah tersebut sebagai bagian dari upaya menekan inflasi.
Kepala Divisi Akses Keuangan dan UKM Bank Indonesia Kanwil Padang Mardy Fery menyebutkan pembinaan Bank Indonesia terhadap kelompok tani difokuskan kepada petani cabai dan peternak sapi.
“Fokusnya dua itu, karena komoditas cabai dan daging sapi paling rentan mempengaruhi inflasi di Sumbar,” ujarnya, Kamis (30/10/2014).
Adapun, peran BI hanya sebatas fasilitator yang melakukan pembinaan kepada petani dan peternak. Setelahnya kelompok tani difasilitasi mendapatkan pinjaman perbankan untuk mengembangkan usahanya.
Dia menyebutkan kelompok tani dan UKM yang dibina Bank Indonesia mendapatkan pelatihan pengelolaan, peningkatakan produktivitas, dan pemasaran produk.
“Kami berikan pelatihan, dan studi banding ke daerah lain juga,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Kanwil BI Padang Mahdi Mahmudy menuturkan inflasi di daerah tersebut sepanjang tahun ini diperkirakan di atas 6%, menyusul rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebelum 1 Januari 2015.
Kenaikan itu berasal dari potensi akan melonjaknya harga kebutuhan pokok dan tarif transportasi menyusul kenaikan BBM bersubsidi dan kenaikan tarif dasar listrik.
“Kami perkirakan tahun ini inflasi Sumbar di atas 6%, karena adanya potensi kenaikan itu [BBM bersubsidi]. Strateginya komoditas pokok yang menyumbang inflasi besar harus dikontrol perdagangannya, dan dipastikan stoknya tetap terkendali,” sebutnya.
Mahdi mengatakankan sejumlah komoditas penting itu a.l beras, cabai, bawang, dan daging. Setiap bulan, komoditas itu memberikan kontribusi besar terhadap inflasi Sumbar.
Untuk memastikan agar ketersediaan produk tersebut tetap terjaga di pasaran, Mahdi meminta penguatan koordinasi lintas sektor oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam mengawasi rantai distribusi.
Bank Indonesia juga melakukan pembinaan kepada kelompok tani untuk mendorong produksi komoditas penyumbang inflasi ditingkatkan. Apalagi, saat ini kebutuhan komoditas cabai di Sumbar masih didominasi cabai asal Jawa.
“Kami dorong produksi lokal meningkat, agar ketersediaan di pasaran bisa terawasi dengan baik,” katanya.
Data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumbar mencatatkan produksi cabai merah di daerah tersebut tahun lalu tumbuh 10,93% atau menjadi 63.979 ton dari tahun 2012 yang hanya 57.671 ton.
Jumlah itu dinilai sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan cabai merah di Sumbar. Tahun ini, pemprov setempat menargetkan pertumbuhan produksi 3,15% menjadi 66.000 ton. Sisanya dialihkan ke provinsi tetangga, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau.