Hari pertama Ujian Nasional (UN) mungkin menjadi hal yang menegangkan bagi sebagian siswa. Banyak yang beranggapan UN adalah momok yang menakutkan dan sebuah mimpi buruk bagi pelajar. Apakah benar seperti itu?
UN sebulan lagi.. UN seminggu lagi.. Besok kita UN, bisa gak ya? Lulus gak ya?
Baru membayangkan dan menyebutkan kata-kata UN saja sudah gemetaran dan pesimistis, bagaimana mau lulus UN? Tentunya UN hanyalah tes di mana kemampuan siswa belajar selama 3 tahun diuji, apakah pantas lulus atau tidak, bukannya suatu beban yang menentukan nasib kita ke depan.
Selain itu, UN juga sebagai program pemerintah untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan terhadap kemampuan penyerapan belajar di suatu kota atau daerah. Sehingga kedepannya bisa diperbaiki dan ditata ulang program pembelajaran.
Semua itu ditujukan akan seluruh masyarakat terutamannya pelajar bisa mendapatkan pelajaran yang setara tanpa dibeda-bedeakan.
Jika ada yang mengatakan bahwa UN telah membuat sistem pendidikan kita berorientasi kepada hasil, bukan proses.
Itu adalah pandangan orang-orang yang sempit. Saat ini, kelulusan siswa bukan ditentukan lewat UN saja melainkan juga dilihat dari kesehariannya di sekolah. Jika, siswa belajar dengan baik dan benar selama 3 tahun, sudah dipastikan UN bukanlah momok bagi mereka melainkan kesenangan dan tantangan.
Sebaliknya, jika di sekolah hanya main, berkelahi, tauran dengan sekolah lain dan sebagainya, sudah dipastikan UN adalah momok yang meakutkan bagi mereka.
UN bukanlah akhir dari perjuangan mendapatkan ilmu pengetahuan. UN adalah langkah awal menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu, belajarlah yang benar, ikuti ujian sesuai dengan peraturan yang berlaku, jangan menyontek dan hilangkan rasa takut menghadapi UN.
Ke depan bangsa ini akan dipimpin oleh generasi muda, jika UN saja sudah melakukan hal yang curang, gmana nanti jika jadi pejabat? Sudah pasti melakukan korupsi dan lainnya.
H. MOCH. REZA R.
Jl. Anyelir No. 35 Dumai, Riau
