Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum memberikan kepastian apakah AS akan turut serta dalam kampanye militer Israel melawan Iran.
Berbicara kepada wartawan di luar Gedung Putih, Trump menolak menjawab secara tegas apakah dirinya telah mengambil keputusan untuk bergabung dalam serangan tersebut.
“Saya mungkin akan melakukannya, mungkin juga tidak. Maksud saya, tidak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan,” ujarnya dikutip dari Reuters, Kamis (19/6/2025).
Trump kemudian menyampaikan bahwa pejabat Iran ingin datang ke Washington untuk mengadakan pertemuan dan hal tersebut mungkin akan terjadi. Namun, Trump juga mengatakan sudah agak terlambat untuk berbicara atau mengadakan pertemuan.
Sementara itu, para Menteri Luar Negeri Jerman, Prancis, dan Inggris dijadwalkan menggelar pertemuan di Jenewa pada Jumat (20/6/2025) waktu setempat bersama mitra mereka dari Iran.
Pertemuan itu bertujuan untuk menekan Teheran agar memberikan jaminan tegas bahwa program nuklirnya hanya digunakan untuk tujuan sipil, menurut seorang sumber diplomatik Jerman kepada Reuters.
Baca Juga
Namun, di tengah upaya diplomatik tersebut, ribuan warga Teheran terlihat memadati jalan keluar kota pada Rabu, mencari tempat perlindungan dari serangan udara Israel yang semakin intensif.
Laporan The Wall Street Journal menyebutkan Trump telah menyetujui rencana serangan terhadap Iran, tetapi masih menunda perintah akhir sambil menunggu apakah Teheran akan menghentikan program nuklirnya.
Saat ditanya apakah pemerintahan Iran bisa runtuh akibat kampanye militer Israel, Trump menjawab, “Tentu saja, apa pun bisa terjadi.”
Terkait kemungkinan penghancuran fasilitas pengayaan nuklir Fordow milik Iran, Trump mengatakan AS merupakan satu-satunya negara yang punya kemampuan untuk melakukannya. "Tapi bukan berarti saya akan melakukannya, sama sekali tidak," tambahnya.
Para analis militer meyakini bahwa Israel kemungkinan membutuhkan bantuan militer AS untuk menghancurkan Fordow, yang dibangun di bawah pegunungan dekat kota Qom.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei muncul untuk pertama kalinya sejak Jumat dalam pidato rekaman yang disiarkan televisi. Dia memperingatkan bahwa setiap intervensi militer dari AS akan membawa kerusakan yang tak terpulihkan. “Bangsa Iran tidak akan pernah menyerah,” tegas Khamenei.
Adapun, Israel menyebut angkatan udaranya berhasil menghancurkan markas besar kepolisian Iran. Militer Israel juga melaporkan bahwa sirene serangan udara berbunyi di wilayah utara Israel pada pukul 02.00 waktu setempat menyusul peluncuran drone dari Iran. Drone lain juga berhasil dicegat di wilayah Lembah Yordan.
Serangan rudal langsung dari Iran yang menewaskan warga Israel di rumah mereka menandai pertama kalinya dalam dekade konflik bayangan dan perang proksi, proyektil dari Iran berhasil menembus sistem pertahanan Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negaranya bergerak selangkah demi selangkah untuk menyingkirkan ancaman dari situs nuklir dan arsenal rudal Iran.
“Kami menyerang fasilitas nuklir, persenjataan, markas, dan simbol-simbol rezim,” ujar Netanyahu dalam video yang dirilis kantornya, seraya menyampaikan apresiasi kepada Trump atas dukungannya terhadap Israel.
Netanyahu menambahkan bahwa dirinya dan Trump terus menjalin komunikasi erat selama konflik berlangsung.
Trump sebelumnya sempat mengisyaratkan solusi diplomatik cepat untuk menghentikan perang, tetapi kemudian menyatakan kemungkinan keterlibatan militer AS. Dalam unggahan di media sosial pada Selasa, dia bahkan sempat membahas ide soal menghabisi Khamenei.
Ketika ditanya soal kemungkinan Iran kehilangan pemimpinnya akibat operasi bersama Israel-AS, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan enggan memikirkan hal tersebut. “Saya bahkan tidak ingin membahas kemungkinan itu. Saya tidak mau," kata Putin
Sumber internal mengungkapkan bahwa tim Trump tengah mempertimbangkan berbagai skenario, termasuk bergabung dengan Israel dalam menyerang instalasi nuklir Iran.
Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui unggahan di platform X menyindir Trump sebagai mantan pemicu perang yang berusaha tetap relevan.