Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyoroti pertumbuhan ekonomi Papua Tengah yang mencapai di level -25,53% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2025, alias menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling rendah.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan pertumbuhan ekonomi yang ditorehkan Papua Tengah tak sejalan dengan pendapatan belanja yang tinggi.
“Yang lebih menyedihkan dan jadi pertanyaan besar kita adalah Papua Tengah, ini -25% [-25,53% yoy]. Padahal pendapatannya paling tinggi,” kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 di YouTube Kemendagri, Senin (26/5/2025).
Per 23 Mei 2025, realisasi pendapatan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Papua Tengah telah mencapai 48,71%. Di sisi lain, realisasi belanjanya hanya mencapai 9,11%.
“Pendapatannya targetnya sudah tercapai 48% [48,71%], bagus sekali. Tapi realisasi belanjanya baru 9% [9,11%], artinya uangnya disimpan di bank. Ini saya minta kepada Pak Gubernur [Meki Fritz Nawipa],” ujarnya.
Dia mengimbau agar Gubernur Papua Tengah bekerja keras untuk mendorong belanja daerah setidaknya separuh dari APBD atau sekitar 20%. Terlebih, ini sudah hampir memasuki pertengahan 2025.
Baca Juga
Menurutnya, jika realisasi belanja lebih tinggi maka terjadi perputaran ekonomi sehingga daerah akan terdongkrak, namun bisa mundur jika belanja daerah tak dilakukan.
“Angka pertumbuhan ekonomi harus menjadi perhatian dari seluruh kepala daerah karena kerja kepala daerah itu yang paling utama itu dari angka pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Di sisi lain, dia juga menjelaskan bahwa sejatinya angka inflasi juga merupakan suatu hal yang penting untuk menjaga harga barang dan jasa terjangkau, sehingga masyarakat akan menjadi tenang.
Namun, lanjut dia, angka pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu daerah bergerak maju, stagnan, atau mundur. Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi suatu daerah tinggi, maka daerah mengalami lompatan.
“Tapi kalau angka pertumbuhannya 0%, 0,5%, 1% itu stagan. Tapi kalau angka pertumbuhan ekonominya minus, daerah itu mundur, yang miskin makin miskin. Nanti jangan berpikir untuk menangani kemiskinan ekstrem, angka stunting dan lain-lain,” tuturnya.
Untuk itu, dia menjelaskan bahwa angka pertumbuhan ekonomi sudah bisa menggambarkan suatu daerah.
“Angka pertumbuhan ekonomi sudah bisa menggambarkan bahwa daerah itu mengalami kemunduran dan pasti akan bertambah miskin, pasti akan bertambah banyak yang stunting. Jadi angka yang paling pokok sebetulnya,” pungkasnya.