Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution sudah mengucurkan investasi senilai US$1,2 miliar ke proyek besar pengembangan baterai mobil listrik atau electric vehicle (EV).
Sebagaimana diketahui, Bahlil telah mengirimkan surat pemutusan hubungan kerja sama investasi beberapa waktu lalu kepada LG usai isu hengkangnya perusahaan itu mencuat.
Bahlil awalnya menjelaskan bahwa total investasi dari proyek titan itu senilai US$9,8 miliar (setara Rp160,8 triliun sesuai kurs jisdor BI 21 Mei 2025 Rp16.413 per dolar AS) dengan kapasitas tahap pertama sebesar 10 gigawatt.
Sementara itu, meski telah didepak, LG ternyata telah menginvestasikan sekitar US$1,2 miliar (setara Rp19,69 triliun sesuai kurs jisdor BI 21 Mei 2025 Rp16.413 per dolar AS).
"Kalau total investasinya kan totalnya itu US$9,8 miliar. Kemudian, tahap pertama 10 gigawatt dengan LG sudah dilakukan sekitar US$1,2 miliar," ungkap Bahlil kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Mantan Menteri Investasi itu lalu menjelaskan, dengan masuknya perusahaan asal China yakni Huayou menggantikan LG, maka sisa kebutuhan investasi proyek senilai US$8 miliar bakal berasal dari perusahaan China itu.
Baca Juga
"Selebihnya sekitar US$8 miliar akan diambil posisi LG ke Huayou. Ini yang akan kita selesaikan hari ini. Tapi secara prinsip surat pemutusan dengan LG sudah kami kirim. Kebetulan saya yang tandatangan suratnya," ungkap Bahlil.
Adapun Bahlil menegaskan pemerintah sudah memutuskan hubungan kerja sama investasi dengan LG pada proyek baterai mobil listrik di Indonesia. Huayou akan menggantikannya sebagai mitra baru Indonesia.
Sebelumnya, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut akan ada tambahan investasi dari Zhejiang Huayou Cobalt Co senilai US$20 miliar atau setara dengan Rp335 triliun di Indonesia, lebih besar dari LG.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan, raksasa smelter asal China itu sudah banyak menanamkan modal di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Adapun, saat ini investasi yang telah ditanamkan di RI sebesar US$8,8 miliar atau setara Rp147 triliun.
"Huayou saja investasi di Indonesia per hari ini itu sudah mencapai US$8,8 miliar, sudah menanamkan investasi loh, sudah selesai. Mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari Grup Huayou ini ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$20 miliar tambahan," kata Rosan kepada wartawan, Selasa (29/4/2025).
Rosan menyebut, pihak Huayou meminta waktu untuk mematangkan rencana proyek baru tersebut. Rencana investasi proyek ini dijadwalkan akan dibeberkan secara terperinci pada pekan ketiga Mei 2025.
Namun, pada kesempatan yang sama, Rosan juga menyebut investasi LGES bakal tetap mengalir di Indonesia meski telah didepak dari Grand Project ekosistem baterai listrik berbasis nikel di Indonesia.
LGES disebut memilih untuk fokus pengembangan pabrik sel baterai yang merupakan perusahaan patungan dengan Hyundai yakni PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Produsen baterai asal Korea Selatan itu disebut akan menambah investasi US$1,7 miliar atau setara Rp28 triliun.
Adapun, pabrik PT HLI juga dikenal dengan sebutan Proyek Omega yang merupakan joint venture (JV) ke-4 dalam Grand Project ekosistem baterai RI. Proyek ini fokus pada produksi sektor hilir berupa cells battery untuk menyuplai kebutuhan produksi kendaraan listrik di pabrik Hyundai.
Rosan mengungkap investasi LGES dan Hyundai di pabrik HLI sebesar US$1,1 miliar atau setara dengan Rp18,46 triliun. Pabrikan tersebut telah berproduksi sejak Juli 2024.
Mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) itu menyebut LG tetap berkomitmen penuh pada proyek pabrik sel baterai tersebut. Hingga saat ini, investasi yang telah tertanam yakni senilai US$1,1 miliar atau setara Rp18,46 triliun.
"Mereka sudah ada pembicaraan awal dengan pihak kami mereka ingin menambah investasinya yang US$1,1 miliar, itu mau ditambah lagi US$1,7 miliar untuk pengembangan expansion dari investasi tersebut," kata Rosan dalam konferensi pers, Selasa (29/4/2025).