Bisnis.com, JAKARTA - Dunia Katolik baru saja mencatat sejarah penting. Kardinal Robert Francis Prevost resmi terpilih sebagai Paus ke-268 pada 6 Mei 2025 dalam Konklaf Kepausan yang diselenggarakan di Kapel Sistina, Vatikan.
Dilansir dari vatikannews.va pada Jumat (9/5/2025), mengambil nama Paus Leo XIV, Prevost menjadi Paus pertama dalam sejarah yang berasal dari Amerika Serikat, menandai tonggak perubahan besar dalam Gereja Katolik Roma.
Siapakah sebenarnya Paus Leo XIV? Berikut deretan fakta menarik tentang pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang kini menjadi sorotan global.
1. Lahir di Chicago dan Berkewarganegaraan Amerika Serikat
Dilansir dari cbsnews.com, Robert Prevost lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Dia dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat, dan sejak muda telah menunjukkan ketertarikan mendalam terhadap kehidupan religius.
Dirinya bergabung dengan Ordo Santo Agustinus (O.S.A) dan mengikrarkan kaul kekal pada tahun 1981, sebelum ditahbiskan sebagai imam pada 1982.
2. Latar Belakang Pendidikan dan Misi di Peru
Sebelum dikenal luas sebagai tokoh penting di Vatikan, Prevost mengenyam pendidikan tinggi di bidang filsafat dan teologi. Dia memperoleh gelar lisensiat dan doktorat dalam hukum kanonik dari Universitas Kepausan Santo Tomas Aquino di Roma.
Baca Juga
Setelahnya, dia dikirim sebagai misionaris ke Peru, di mana dirinya menghabiskan lebih dari satu dekade untuk melayani umat di daerah miskin dan terpencil, khususnya di Keuskupan Chulucanas. Pengalamannya di Peru dianggap sebagai salah satu landasan kuat spiritualitas dan kepemimpinannya.
3. Menduduki Jabatan Strategis di Vatikan
Setelah kembali ke Amerika Serikat dan menjabat sebagai pemimpin Ordo Agustinus tingkat dunia, Prevost mulai dikenal luas oleh para pemimpin Gereja. Pada 2014, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Chiclayo, Peru.
Kemudian, pada Januari 2023, dia diangkat sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, jabatan penting yang bertanggung jawab atas pengangkatan uskup di seluruh dunia. Kiprahnya sebagai prefek memperkuat reputasinya sebagai administrator yang cermat dan rohaniwan yang rendah hati.
4. Terpilih dalam Konklaf 2025
Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada April 2025, Konklaf Kepausan segera digelar untuk memilih penerusnya. Prevost yang dikenal bersikap moderat, terbuka terhadap dialog antaragama, dan berpihak pada kaum tertindas, akhirnya terpilih secara mutlak oleh para kardinal elektor.
Keputusannya memilih nama Leo XIV diyakini sebagai penghormatan terhadap Paus Leo XIII, yang dikenal karena keterbukaannya terhadap modernitas dan keadilan sosial.
5. Komitmen terhadap Reformasi dan Keadilan Sosial
Dalam pidato publik perdananya sebagai Paus, Leo XIV menekankan pentingnya memperkuat suara Gereja dalam isu-isu kemanusiaan, seperti pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan, pengungsi, serta dialog lintas agama.
Dia juga menyatakan akan melanjutkan reformasi Gereja yang telah dimulai oleh Paus Fransiskus, termasuk dalam transparansi keuangan Vatikan dan perlindungan terhadap korban pelecehan seksual oleh klerus.
6. Membawa Harapan Baru bagi Gereja Global
Sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat, Leo XIV membawa simbol harapan dan perubahan. Gereja Katolik yang selama berabad-abad dipimpin oleh orang Eropa kini mencerminkan wajah globalisasi dan keterbukaan.
Banyak umat Katolik di Benua Amerika merasa terdorong dan semakin dekat dengan Vatikan. Di sisi lain, penunjukan ini juga dilihat sebagai bentuk pengakuan terhadap pertumbuhan komunitas Katolik di wilayah Selatan global.
7. Menjawab Tantangan Zaman
Paus Leo XIV menghadapi tugas berat di tengah dunia yang terus berubah. Tantangan sekularisasi di Barat, konflik geopolitik, perubahan iklim, serta krisis kepercayaan terhadap institusi religius menjadi pekerjaan rumah besar yang harus dihadapi.
Namun, dengan gaya pastoral yang penuh empati dan rekam jejaknya sebagai pelayan umat yang sederhana, banyak pihak optimistis terhadap masa depan Gereja di bawah kepemimpinannya.
Terpilihnya Robert Prevost sebagai Paus Leo XIV bukan hanya peristiwa religius, tetapi juga momen penting dalam sejarah dunia. Sosoknya mencerminkan harapan akan Gereja yang lebih terbuka, inklusif, dan relevan dengan zaman.
Kini, dunia menantikan langkah-langkah nyata dari pemimpin baru Vatikan ini untuk menjawab tantangan global dan membawa pesan kasih yang universal bagi seluruh umat manusia.
8. Pemilihan nama Paus Leo
Dilansir dari keuskupanbogor.org, nama Leo XIV yang beliau pilih mencerminkan kekagumannya pada Paus Leo XIII, yang dikenal sebagai Paus sosial pertama dan penulis ensiklik Rerum Novarum yang membela hak-hak kaum pekerja dan keadilan sosial. Dengan memilih nama ini, Paus Leo XIV tampaknya ingin menegaskan visinya tentang Gereja yang berpihak kepada kemanusiaan, terbuka terhadap dunia, namun tetap teguh dalam kebenaran Injil.
9. Pidato perdana
Dalam pidato perdananya dari balkon Basilika Santo Petrus pada 8 Mei 2025, Paus Leo XIV membuka pernyataannya dengan kalimat “Damai sejahtera menyertai kalian semua”. Ucapan tersebut bukan hanya sebatas salam pembuka, namun menegaskan makna mendalam yang merujuk pada pesan Yesus Kristus setelah kebangkitan-Nya.
Tidak lupa, Ia memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus dan mengajak umat untuk mengenang warisan besar yang telah ditinggalkan.
Lebih lanjut, Paus Leo XIV turut menyampaikan tentang visinya akan masa depan Gereja Katolik sebagai Gereja yang inklusif, terbuka untuk dialog dan berperan aktif membangun jembatan antarumat.
“Kita harus menunjukan kasih kita kepada sesama dan berdialog dengan cinta, “ Tegasnya.
Beliau juga secara khusus menyapa umat di Peru, menunjukkan kedekatan batinnya dengan tanah misi yang telah membentuk rohaninya. (Mianda Florentina)