Bisnis.com, JAKARTA - Warga Palestina di Jalur Gaza berjibaku dengan persediaan makanan yang menipis dan pemboman Israel yang konstan ditengah perayaan Idulfitri 1446 H/2025.
Melansir dari Al Jazeera pada Senin (31/3/2025), banyak masyarakat yang salat di luar masjid yang dihancurkan pada Idulfitri. Sebelumnya, pada Minggu (30/3/2025) kemarin, sedikitnya 20 warga Palestina tewas akibat bombardir Israel. Kebanyakan dari korban tersebut adalah wanita dan anak-anak.
Perayaan ini seharusnya menjadi acara yang menggembirakan, saat keluarga berkumpul untuk pesta dan membeli pakaian baru untuk anak-anak – tetapi sebagian besar dari dua juta warga Palestina di Gaza hanya berusaha untuk bertahan hidup.
“Ini adalah Idulfitri yang menyedihkan. Kami kehilangan orang yang kami cintai, anak-anak kami, kehidupan kami, dan masa depan kami. Kami kehilangan siswa kami, sekolah kami, dan lembaga kami. Kami kehilangan segalanya," kata Adel al-Shaer setelah menghadiri salat di luar ruangan di kota pusat Deir el-Balah.
Dia mengatakan, 20 anggota keluarga besarnya telah tewas dalam serangan Israel, termasuk empat keponakan muda beberapa hari lalu, katanya sambil menangis.
Pada 18 Maret 2025 lalu, Israel tiba-tiba mengakhiri gencatan senjata dua bulan yang rapuh saat melanjutkan kampanye pengeboman dan operasi darat yang intens di Gaza. Israel sejak itu telah menewaskan ratusan warga sipil Palestina dan tidak mengizinkan makanan, bahan bakar, atau bantuan kemanusiaan masuk selama empat minggu.
Baca Juga
Mediator Arab tengah berupaya mengembalikan gencatan senjata ke jalur yang benar, dan Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah menerima proposal baru dari Mesir dan Qatar, yang rincian pastinya belum diketahui saat ini.
Israel mengatakan bahwa mereka telah mengajukan proposalnya sendiri dengan berkoordinasi dengan Amerika Serikat, yang juga telah menjadi penengah.
Genosida Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan daerah kantong itu.