Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui usulan Presiden AS Donald Trump untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas energi di Ukraina selama satu bulan.
Ukraina dengan cepat menyatakan kesediaannya mempertimbangkan gencatan senjata terbatas ini. Namun, rusia menolak gencatan senjata penuh selama 30 hari seperti yang diinginkan Washington.
Gedung Putih mengumumkan bahwa pembicaraan untuk mencapai kesepakatan damai yang lebih luas akan segera dimulai setelah percakapan panjang antara kedua pemimpin. Namun, belum jelas apakah Ukraina akan diundang dalam diskusi tersebut.
Menurut pernyataan Kremlin, Putin memerintahkan penghentian serangan terhadap fasilitas energi setelah berbicara dengan Trump melalui telepon.
Namun, ia kembali menyoroti risiko bahwa gencatan senjata sementara bisa memberikan Kyiv kesempatan untuk memobilisasi pasukan dan memperkuat pertahanan.
Putin juga menegaskan bahwa penyelesaian konflik harus mencakup penghentian total bantuan militer dan intelijen dari Barat ke Ukraina.
Baca Juga
Trump, dalam unggahan di media sosial setelah percakapan dengan Putin, menyatakan bahwa keduanya telah sepakat untuk segera bekerja menuju gencatan senjata dan perjanjian damai permanen.
"Kami membahas berbagai aspek dari 'Kontrak Perdamaian,' termasuk korban perang yang sudah mencapai ribuan jiwa. Baik Presiden Putin maupun Presiden Zelensky ingin segera mengakhiri konflik ini," tulis Trump seperti dilansir Reuters, Rabu (19/3/2025).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengindikasikan bahwa Kyiv akan mempertimbangkan usulan AS untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi.
"Kami akan berbicara dengan Presiden Trump untuk memahami secara rinci apa yang sebenarnya ditawarkan Rusia kepada AS dan sebaliknya," kata Zelensky.
Sementara itu, pasukan Rusia terus bergerak maju di Ukraina timur dan menekan posisi militer Kyiv di wilayah perbatasan dengan Rusia.
Dalam pernyataan Gedung Putih, disebutkan bahwa negosiasi mengenai gencatan senjata maritim di Laut Hitam serta pembicaraan menuju gencatan senjata yang lebih luas dan perjanjian damai permanen akan segera dimulai di Timur Tengah. Namun, belum ada kepastian apakah Ukraina akan dilibatkan.
Sejak invasi Rusia pada 2022, Ukraina terus melancarkan serangan drone dan rudal ke wilayah Rusia, termasuk ke fasilitas energi. Moskow menuduh Kyiv melakukan aksi terorisme, sementara Ukraina menggunakan taktik ini untuk melemahkan ekonomi Rusia.
Sebelumnya, pada 11 Maret, Ukraina menyatakan kesiapan menerima gencatan senjata 30 hari, yang menurut pejabat AS bisa menjadi langkah awal menuju negosiasi lebih substansial untuk mengakhiri perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Konflik ini telah menyebabkan ratusan ribu korban jiwa, jutaan orang mengungsi, serta kehancuran besar di banyak kota.
Trump mengisyaratkan bahwa kesepakatan damai permanen bisa mencakup konsesi teritorial dari Kyiv serta kontrol Rusia atas pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia.
Zelensky, yang tiba di Helsinki untuk kunjungan resmi pada Selasa, menegaskan bahwa Eropa harus terlibat dalam setiap negosiasi damai terkait Ukraina.
Di tengah upaya diplomasi ini, Israel kembali melanjutkan serangannya terhadap Hamas di Gaza, mengancam gencatan senjata yang sebelumnya dimediasi oleh utusan Trump awal tahun ini, dan menyoroti sulitnya mencapai perdamaian yang bertahan lama dalam konflik berkepanjangan.
Gedung Putih juga menyatakan bahwa Trump dan Putin membahas cara mencegah konflik lebih lanjut di Timur Tengah dan sepakat bahwa Iran tidak boleh berada dalam posisi untuk menghancurkan Israel.