Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Donald Trump blak-blakan mengungkapkan rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengambil kembali Terusan Panama dari negara Panama.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump dalam pidato perdananya usai resmi menjabat sebagai Presiden ke-47 AS pada Senin (20/1/2025).
Trump menyebut Panama telah melanggar sejumlah perjanjian dengan AS terkait terusan Panama. Selain itu, dia mengatakan kapal-kapal AS mendapat perlakuan buruk dan dikenakan tarif sangat tinggi hingga memicu kekecewaan bagi Negeri Paman Sam tersebut.
"Kita telah diperlakukan dengan sangat buruk dari hadiah bodoh ini yang seharusnya tidak pernah diberikan dan janji Panama kepada Amerika telah diingkari. Tujuan kesepakatan dan semangat perjanjian kita telah dilanggar sepenuhnya. Kapal-kapal Amerika dikenakan biaya yang sangat mahal dan tidak diperlakukan secara adil dalam bentuk apa pun, termasuk Angkatan Laut Amerika Serikat," kata Trump dalam pidato perdananya di Gedung US Capitol, Amerika Serikat, Senin (20/1/2025).
Trump juga menuding Terusan Panama kini justru dioperasikan oleh China. Oleh karena itu, AS mengancam bakal mengambil kembali Terusan Panama.
"Yang terpenting, China mengoperasikan Terusan Panama. Padahal kita tidak memberikannya kepada China, kita memberikannya kepada Panama dan kita akan merebutnya kembali," ujar Trump.
Baca Juga
Meskipun demikian, Trump tidak menjelaskan lebih rinci terkait bagaimana skema yang bakal dilakukan untuk mengambil kembali Terusan Panama dan kapan AS bakal merealisasikan rencana kebijakan tersebut.
Melansir Reuters, Senin (20/1/2025), Donald Trump telah melancarkan ancamannya sebelum dilantik sebagai Presiden AS untuk mengambil kembali kendali AS atas terusan tersebut.
Trump kembali menuduh Panama mengingkari janji yang dibuatnya untuk pengalihan terakhir jalur air strategis tersebut pada 1999 dan menyerahkan operasinya ke China.
Respons Pemerintah Panama
Sementara itu, Presiden Panama Jose Raul Mulino pada Senin (20/1/2025) menanggapi pernyataan Trump melalui media sosial X bahwa negaranya telah mengelola terusan tersebut secara bertanggung jawab untuk perdagangan dunia, termasuk untuk AS.
"Terusan Panama akan terus menjadi milik Panama," ujar Mulino.
Pernyataan Trump terkait ancaman merebut kembali Terusan Panama pada masa jabatan keduanya adalah penyebutan yang paling mencolok tentang agenda perluasan wilayah AS yang telah ia susun dalam beberapa minggu terakhir.
Menjelang pelantikannya, Trump juga sempat mengatakan bahwa ia ingin memperoleh Greenland, menggambarkan wilayah Denmark di seberang lautan sebagai hal yang penting bagi kepentingan keamanan nasional AS dan merenungkan tentang mengubah Kanada menjadi negara bagian AS.
Kritikus menuduh Trump menggunakan bahasa yang membangkitkan imperialisme modern, yang menyatakan bahwa retorika semacam itu dapat mendorong Rusia untuk berperang di Ukraina dan memberikan pembenaran kepada China jika memutuskan untuk menyerang Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
"Anda tidak bisa menjadi presiden yang cinta damai dan merebut kembali Terusan Panama," tulis Michael McFaul, mantan duta besar AS untuk Rusia di bawah pemerintahan Obama melalui akun media sosial X.
Dalam pidato perdananya, Trump memang memberikan sinyal bahwa AS akan memperluas wilayahnya. Meski demikian, dia tidak menyinggung terkait Greenland maupun Kanada dalam pidatonya.
"Amerika Serikat akan sekali lagi menganggap dirinya sebagai negara yang sedang berkembang, negara yang meningkatkan kekayaan kita, memperluas wilayah kita, membangun kota-kota kita, meningkatkan harapan kita, dan membawa bendera kita ke cakrawala yang baru dan indah. Dan kita akan mengejar Takdir Nyata kita ke bintang-bintang, meluncurkan astronot Amerika untuk menanam bintang dan garis-garis di planet Mars," ujar Trump.