Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menlu AS Desak Percepatan Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Palestina

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengharapkan perjanjian gencatan senjata di Palestina bisa selesai dua pekan ke depan, sebelum Joe Biden lengser.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberi kesaksian di depan sidang Komite Alokasi Senat. / Reuters-Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memberi kesaksian di depan sidang Komite Alokasi Senat. / Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyerukan dorongan terakhir untuk menyelesaikan perjanjian gencatan senjata di Palestina sebelum Presiden Joe Biden lengser dari jabatannya.

"Kami sangat ingin menyelesaikan ini dalam dua minggu ke depan, waktu yang tersisa," kata Blinken dalam konferensi pers di Korea Selatan ketika ditanya apakah kesepakatan gencatan senjata sudah dekat, dikutip dari Reuters pada Selasa (7/1/2025).

Israel telah mengirim tim pejabat menengah ke Qatar untuk melakukan pembicaraan yang ditengahi oleh mediator Qatar dan Mesir. Beberapa laporan media Arab mengatakan David Barnea, kepala Mossad, yang telah memimpin negosiasi, diharapkan untuk bergabung dengan mereka. Sementara itu, Kantor perdana menteri Israel tidak berkomentar.

Masih belum jelas seberapa dekat kedua belah pihak untuk merampungkan kesepakatan ini. Beberapa tanda-tanda pergerakan telah muncul tetapi hanya sedikit indikasi pergeseran terkait tuntutan utama yang sejauh ini telah menghalangi kesepakatan gencatan senjata.

Presiden terpilih AS Donald Trump mengatakan akan ada masalah besar di Timur Tengah jika sandera yang ditahan Hamas tidak dibebaskan sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025, yang sekarang dipandang di wilayah tersebut sebagai batas waktu tidak resmi untuk kesepakatan gencatan senjata.

Menurut pejabat kesehatan Gaza, hampir 46.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza. Serangan itu dilancarkan setelah pejuang Hamas menyerbu wilayah Israel pada Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menangkap lebih dari 250 sandera, menurut penghitungan Israel.

Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditawan di Gaza, dan Hamas mengatakan tidak akan membebaskan mereka tanpa kesepakatan yang mengakhiri perang dengan penarikan pasukan Israel. Israel mengatakan tidak akan menghentikan serangannya sampai Hamas dibubarkan sebagai kekuatan militer dan pemerintahan dan semua sandera dibebaskan.

Namun demikian, seorang pejabat Hamas menyebut bahwa kelompok itu telah menyetujui daftar yang diajukan oleh Israel. Justru Israel yang tidak kunjung menyetujui pelepasan sandera itu.

Daftar tersebut berisi 34 sandera yang dapat dibebaskan pada tahap awal gencatan senjata, mencakup tentara wanita, ditambah warga sipil lanjut usia, wanita, dan anak di bawah umur.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan daftar tersebut telah diberikan oleh Israel kepada mediator Qatar sejak Juli 2024, dan Israel sejauh ini belum menerima konfirmasi atau komentar dari Hamas tentang apakah para sandera dalam daftar tersebut masih hidup.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper