Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vladimir Putin Punya Senjata yang Lebih Mematikan daripada Nuklir

Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan memiliki senjata yang lebih berbahaya dan mematikan daripada nuklir.
Presiden Vladimir Putin berbicara setelah tempat pemungutan suara ditutup di Moskow./Reuters
Presiden Vladimir Putin berbicara setelah tempat pemungutan suara ditutup di Moskow./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan memiliki senjata yang lebih berbahaya dan mematikan daripada nuklir.

Dilansir dari Mirror, senjata yang dimaksud bernama Oreshnik. Putin telah membanggakan rudal balistik barunya Oreshnik yang akan membuat senjata nuklir tidak lagi diperlukan.

Orang no.1 di Rusia tersebut mengatakan jika senjata terbarunya itu diperkirakan sekitar 10 kali kecepatan suara yang akan membuatnya mampu melewati sistem pertahanan rudal mana pun.

"Yang kita butuhkan sekarang bukanlah memperbaiki doktrin nuklir, tetapi 'Oreshnik', karena cukup banyak sistem persenjataan modern seperti ini yang membuat kita hampir tidak perlu lagi menggunakan senjata nuklir," kata Putin.

Putin merujuk pada rudal balistik Oreshnik yang ditembakkan Rusia ke kota Dnipro, Ukraina bulan lalu.

Ia juga mengklaim bahwa rudal itu akan sangat kuat sehingga dapat memberikan dampak yang sama besarnya dengan serangan nuklir yang mampu menghancurkan bunker bawah tanah.

Belakangan, Rusia memang tampak siap untuk berperang lagi. Apalagi setelah presiden Joe Biden memberikan izin Ukraina menggunakan rudal untuk menyerang Rusia.

Bulan lalu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengecam persetujuan baru-baru ini yang diberikan kepada Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia.

Ia kemudian mendesak AS dan sekutu Baratnya untuk mempelajari doktrin nuklir modern.

Pada pertemuan G20 di Brasil, Lavrov mengatakan jika hal ini bisa menjadi seruan perang baru dari Ukraina dan AS.

"Jika rudal jarak jauh digunakan dari wilayah Ukraina terhadap wilayah Rusia, itu berarti rudal tersebut dikendalikan oleh pakar militer Amerika dan kami akan melihatnya sebagai fase baru yang kualitatif dari perang Barat melawan Rusia dan menanggapinya sebagaimana mestinya," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper