Awal Mula Penggulingan Barnier
Akar kekacauan saat ini bermula pada Juni lalu. Kala itu, Macron membubarkan parlemen dan menyerukan pemungutan suara cepat saat ia berupaya bangkit dari kekalahan telak partainya dalam pemilu Eropa.
Sebaliknya, dia menjadikan National Rally milik Le Pen sebagai partai terbesar di parlemen dan pemimpinnya menjadi pialang kekuasaan paling berpengaruh di negara itu saat koalisi sentrisnya runtuh.
Majelis rendah terbagi menjadi tiga blok yang saling bertentangan: kelompok tengah yang mendukung presiden, kelompok paling kanan yang dipimpin oleh Le Pen dan, yang terpenting, aliansi sayap kiri yang mencakup Partai Sosialis arus utama dan kelompok sayap kiri Prancis yakni Partai France Unbowed.
Pemilihan parlemen baru tidak dapat diadakan hingga paling cepat bulan Juli.
Kekacauan pada perekonomian terbesar kedua di Uni Eropa itu telah mendorong investor obligasi untuk menghukum utang negara Prancis yang relatif lebih besar dibandingkan dengan negara-negara lain. Barnier memperingatkan akan adanya badai di pasar keuangan jika dia digulingkan.
Baca Juga
Pemerintahan yang akan berakhir akan tetap menjalankan tugasnya sebagai pejabat sementara untuk sementara waktu, yang memungkinkan pemerintah menghindari penutupan seperti yang terjadi di AS.
Barnier dapat menggunakan undang-undang darurat untuk mengumpulkan pajak dan menjamin pengeluaran yang minimal, tetapi dampak yang lebih luas sulit diprediksi.
Menteri Keuangan Antoine Armand memperingatkan bahwa undang-undang sementara akan menaikkan pajak bagi jutaan rumah tangga dan menghalangi peningkatan pengeluaran yang direncanakan untuk beberapa prioritas, termasuk keamanan dan pertanian.
Sementara itu, Le Pen telah meningkatkan tekanan pada Macron untuk mengundurkan diri sebagai cara untuk memecah kebuntuan dan memungkinkan Prancis untuk maju.
"Terserah hati nuraninya untuk memutuskan apakah ia dapat mengorbankan tindakan publik dan nasib Prancis demi harga dirinya sendiri," katanya selama debat pada Rabu malam.
Macron mengatakan dia tidak akan mengundurkan diri sampai masa jabatannya berakhir pada 2027 dan dia tidak dapat dipaksa keluar dari jabatannya. Le Pen adalah calon terdepan untuk pemilihan presiden berikutnya, menurut jajak pendapat.