Bisnis.com, JAKARTA - Para pembantu senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, termasuk kepala stafnya, mengajukan pengunduran diri secara massal pada Rabu (4/12/2024) waktu setempat, setelah Majelis Nasional memblokir upaya darurat militer yang mengejutkan dari Yoon.
Mengutip Kantor Berita Yonhap, mereka yang mengajukan pengunduran Diri termasuk Chung Jin-suk, kepala staf kepresidenan; Penasihat Keamanan Nasional Shin Won-sik; dan Sung Tae-yoon, kepala staf kebijakan, serta tujuh pembantu senior lainnya.
Tawaran pengunduran diri tersebut disampaikan setelah Yoon mengumumkan darurat militer pada Selasa malam, menuduh oposisi sebagai "kekuatan anti-negara" yang melumpuhkan operasi negara dengan mosi pemakzulan dan rancangan undang-undang pemangkasan anggaran.
Yoon mencabut darurat militer tersebut setelah pemungutan suara bulat oleh Majelis Nasional pada Rabu pagi untuk menuntut presiden mencabutnya.
Sementara itu, pemimpin partai oposisi utama, Partai Demokrat (DP), meningkatkan serangan politik terhadap Yoon Suk Yeol atas upaya singkatnya untuk memberlakukan darurat militer. Mereka mengklaim bahwa Yoon mungkin akan mencoba lagi untuk memberlakukan darurat militer.
Pemimpin Partai Demokrat (DP), Lee Jae-myung menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin partai oposisi lainnya, karena Majelis Nasional memblokir pernyataan mengejutkan Yoon tentang darurat militer pada hari sebelumnya.
Baca Juga
"(Yoon) gagal sekali dan dia akan mencoba lagi (untuk memberlakukan darurat militer) tetapi ada risiko yang lebih besar dari itu. Ada risiko yang signifikan untuk memprovokasi Korea Utara dan mengganggu garis gencatan senjata, yang mengarah pada konflik bersenjata," katanya.
Lee juga memperingatkan bahwa Yoon tidak akan ragu untuk mengorbankan nyawa rakyat jika darurat militer tidak cukup untuk membuatnya tetap berkuasa.