Bisnis.com, JAKARTA - China memberlakukan kebijakan bebas visa untuk warga negara Jepang untuk kunjungan bisnis dan pariwisata. Kebijakan ini diberlakukan kembali usai sebelumnya sempat dihentikan sementara pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Kebijakan bebas visa ke China untuk pelancong asal Jepang akan berlaku mulai 30 November 2024. Selain itu, China juga akan memberlakukan bebas visa untuk warga negara Bulgaria, Rumania, Kroasia, Montenegro, Makedonia Utara, Malta, Estonia, dan Latvia.
Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China dikutip dari Bloomberg, Jumat (22/11/2024), menyatakan bahwa pihaknya akan memperpanjang lama tinggal untuk semua negara di bawah program bebas visa dari yang semula 15 hari menjadi 30 hari.
Pelonggaran tersebut dilakukan saat Beijing mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung perdagangan luar negeri, termasuk dengan memperluas kebijakan bebas visa untuk memfasilitasi perjalanan bisnis.
Sejak China membuka kembali perbatasannya setelah pandemi, negara tersebut sebelumnya telah membatalkan persyaratan visa bagi puluhan negara.
Dengan kembali diberlakukannya kebijakan bebas visa bagi sejumlah negara, pemerintah China berharap industri pariwisata di dalam negeri bisa kembali bergairah. Langkah terbaru Beijing mungkin mengindikasikan bahwa mereka tengah berupaya memperbaiki hubungan dengan negara-negara tetangga seperti Jepang sebelum Presiden terpilih Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Baca Juga
Adapun, Jepang adalah sekutu keamanan AS tetapi juga memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Tiongkok, baik sebagai investor asing maupun mitra dagang penting.
Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Shigeru Ishiba sepakat untuk memperkuat komunikasi di semua tingkatan selama pertemuan mereka bulan ini di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Peru.
Juru bicara pemerintah Jepang menyambut baik keputusan tersebut, dengan mengatakan pada konferensi pers rutin bahwa Tokyo telah berupaya menghapus pembatasan visa.
"Saya berharap ini akan mengarah pada perbaikan lebih lanjut dalam hubungan antara Jepang dan China," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi pada Jumat (22/11/2024).