Bisnis.com, JAKARTA - Australia dan Indonesia telah menyelesaikan pakta pertahanan baru untuk memperkuat hubungan yang lebih erat seiring dengan persiapan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, untuk menjabat sebagai presiden Indonesia berikutnya pada bulan Oktober.
Mengutip Al Jazeera pada Selasa (20/8/2024), rincian perjanjian pertahanan yang dikerjakan sejak Februari 2023 tersebut belum diumumkan. Perjanjian ini diyakini mencakup ketentuan untuk latihan militer bersama, penempatan ke masing-masing negara, dan kerja sama maritim lebih besar di Laut China Selatan yang disengketakan.
Kesepakatan tersebut rencananya akan ditandatangani secara resmi dalam beberapa hari ke depan ketika Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengunjungi Jakarta.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Parlemen Australia di Canberra setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Anthony Albanese, Prabowo menggambarkan kesepakatan itu sebagai hasil yang sangat baik. Prabowo mengatakan, perjanjian itu akan bermanfaat bagi kedua negara di masa depan.
Prabowo juga menyatakan keinginannya untuk menjalin kerja sama yang lebih besar dengan Australia dalam isu-isu di luar pertahanan, termasuk perekonomian, ketahanan pangan, pertanian, dan pemberantasan perdagangan narkoba internasional.
“Kami ingin melihat lebih banyak partisipasi Australia dalam perekonomian kami. Saya bertekad untuk melanjutkan hubungan bertetangga yang baik ini, Australia memainkan peran yang sangat penting bagi kami," kata Prabowo dikutip dari Al Jazeera.
Baca Juga
Dalam pernyataannya, Departemen Pertahanan Australia mengatakan Albanese dan Marles bertemu dengan Prabowo dan membahas komitmen berkelanjutan Australia untuk bekerja sama dalam kemitraan dengan Indonesia dalam prioritas transisi ekonomi, keamanan, dan net zero bersama.
Marles menggambarkan pakta pertahanan tersebut sebagai salah satu perjanjian paling signifikan yang pernah dinegosiasikan antar negara, dan mengatakan bahwa negara-negara tersebut bekerja lebih erat dibandingkan sebelumnya.
Marles menyebut, perjanjian ini akan memberikan interoperabilitas yang jauh lebih besar di antara kekuatan pertahanan Australia dan Indonesia. Hal ini juga akan memberikan lebih banyak latihan antar kekuatan pertahanan dan membuat kedua bekerja sama bersama-sama secara global untuk mendukung tatanan berbasis aturan.
Yang lebih penting, hal ini akan memungkinkan kami untuk beroperasi dari negara masing-masing,” kata Marles.